Saturday, October 5, 2013

SUARA NAFAS


   SUARA NAFAS NORMAL DAN ABNORMAL

  SUARA NAFAS NORMAL             
                
           Suara nafas normal dihasilkan dari getaran udara ketika melalui jalan nafas dari laring ke alveoli, dengan sifat bersih
• Suara nafas normal :
a) Bronchial : sering juga disebut dengan “Tubular sound” karena suara ini dihasilkan oleh udara yang melalui suatu tube (pipa), suaranya terdengar keras, nyaring, dengan hembusan yang lembut. Fase ekspirasinya lebih panjang daripada inspirasi, dan tidak ada henti diantara kedua fase tersebut. Normal terdengar di atas trachea atau daerah suprasternal notch.
b) Bronchovesikular : merupakan gabungan dari suara nafas bronchial dan vesikular. Suaranya terdengar nyaring dan dengan intensitas yang sedang. Inspirasi sama panjang dengan ekspirasi. Suara ini terdengar di daerah thoraks dimana bronchi tertutup oleh dinding dada.
c) Vesikular : terdengar lembut, halus, seperti angin sepoi-sepoi. Inspirasi lebih panjang dari ekspirasi, ekspirasi terdengar seperti tiupan.

  SUARA NAFAS TAMBAHAN/ABNORMAL

1. Crackles
          Adalah bunyi yang berlainan, non kontinu akibat penundaan pembukaan  kembali jalan napas yang menutup. Terdengar selama : inspirasi.
Fine crackles / krekels halus
Terdengar selama : akhir inspirasi. Karakter suara : meletup, terpatah-patah.
Penyebab : udara melewati daerah yang lembab di alveoli atau bronchioles / penutupan jalan napas kecil. Suara seperti rambut yang digesekkan.
Krekels kasar
Terdengar selama : ekspirasi. Karakter suara : parau, basah, lemah, kasar, suara gesekan terpotong.
Penyebab : terdapatnya cairan atau sekresi pada jalan nafas yang besar. Mungkin akan berubah ketika klien batuk.

2. Wheezing (mengi)
          Adalah bunyi seperti bersiul, kontinu, yang durasinya lebih lama dari krekels. Terdengar selama : inspirasi dan ekspirasi, secara klinis lebih jelas pada saat ekspirasi.
Penyebab : akibat udara melewati jalan napas yang menyempit/tersumbat sebagian. Dapat dihilangkan dengan batuk.Dengan karakter suara nyaring, suara terus menerus yang berhubungan dengan aliran udara melalui jalan nafas yang menyempit (seperti pada asma dan bronchitis kronik). Wheezing dapat terjadi oleh karena perubahan temperature, allergen, latihan jasmani, dan bahan iritan terhadap bronkus.

3. Ronchi
            Adalah bunyi gaduh yang dalam. Terdengar selama : ekspirasi.
Penyebab : gerakan udara melewati jalan napas yang menyempit akibat obstruksi napas. Obstruksi : sumbatan akibat sekresi, odema, atau tumor.
Contoh : suara ngorok.
Ronchi kering : suatu bunyi tambahan yang terdengar kontinyu terutama waktu ekspirasi disertai adanya mucus/secret pada bronkus. Ada yang high pitch (menciut) misalnya pada asma dan low pitch oleh karena secret yang meningkat pada bronkus yang besar yang dapat juga terdengar waktu inspirasi.


Ronchi basah (krepitasi) : bunyi tambahan yang terdengar tidak kontinyu pada waktu inspirasi seperti bunyi ranting kering yang terbakar, disebabkan oleh secret di dalam alveoli atau bronkiolus. Ronki basah dapat halus, sedang, dan kasar. Ronki halus dan sedang dapat disebabkan cairan di alveoli misalnya pada pneumonia dan edema paru, sedangkan ronki kasar misalnya pada bronkiekstatis.
   Perbedaan ronchi dan mengi.
        Mengi berasal dari bronki dan bronkiolus yang lebih kecil salurannya, terdengar bersuara tinggi dan bersiul. Biasanya terdengar jelas pada pasien asma.
         Ronchi berasal dari bronki dan bronkiolus yang lebih besar salurannya, mempunyai suara yang rendah, sonor. Biasanya terdengar jelas pada orang ngorok.

4. Pleural friction rub
          Adalah suara tambahan yang timbul akibat terjadinya peradangan pada pleura sehingga permukaan pleura menjadi kasar.
Karakter suara : kasar, berciut, disertai keluhan nyeri pleura. Terdengar selama : akhir inspirasi dan permulaan ekspirasi. Tidak dapat dihilangkan dengan dibatukkan. Terdengar sangat baik pada permukaan anterior lateral bawah toraks.
Terdengar seperti bunyi gesekan jari tangan dengan kuat di dekat telinga, jelas terdengar pada akhir inspirasi dan permulaan ekspirasi, dan biasanya disertai juga dengan keluhan nyeri pleura. Bunyi ini dapat menghilang ketika nafas ditahan. Sering didapatkan pada pneumonia, infark paru, dan tuberculosis


Tuesday, October 1, 2013

DERAJAT DYSPNEA


                                                   mMRC Breathlessness Scale

Grade
Degree of dyspnea
0
no dyspnea except with strenuous exercise
1
dyspnea when walking up an incline or hurrying on the level
2
walks slower than most on the level, or stops after 15 minutes of walking on the level
3
stops after a few minutes of walking on the level
4
with minimal activity such as getting dressed, too dyspneic to leave the house



                                          American Thoracic Society Scale of Dyspnea 

DESCRIPTIONS
GRADE
DEGREE
Not troubled by shortness of breath when hurrying on the level or walking up a slight hill

Troubled by shortness of breath when hurrying on the level or walking up a slight hill

Walks more slowly than people of the same age on the level because of breathlessness or has to stop for breath when walking at own pace on the level

Stops for breath after walking about 100 yards or after a few minutes on the level

Too breahtless to leave the house; breathless on dressing or undressing
0


1


2



3



4
None


Mild


Moderate



Severe



Very severe

SARAF PUSAT DAN SARAF TEPI


                                                   Saraf Pusat dan Saraf Tepi

           Sistem saraf pusat

                                 Sistem saraf pusat terdiri atas otak dan sumsum tulang belakang.
   Otak
                  Otak merupakan pusat koordinasi dalam tubuh manusia. Otak terdapat di dalam rongga tengkorak, tepatnya di depan sumsum tulang belakang, dan diselubungi oleh selaput. Selaput yang menyelubungi otak disebut selaput meninges. Selaput ini dibedakan menjadi tiga bagian, yaitu lapisan terluar yang melekat pada tulang (duramater), lapisan tengah yang berbentuk sarang laba-laba (arachnoid), dan lapisan dalam yang melekat pada permukaan otak (piamater). Di antara arachnoid dan piamater terdapat ruang berisi cairan yang merupakan pelindung otak, jika terjadi benturan.

                  Bagian-bagian otak meliputi otak besar (cerebrum), otak kecil (cerebelum), otak tengah (mesensefalon), dan sumsum lanjutan (medulla oblongata). Otak besar mempunyai permukaan yang berlipat-lipat dan memiliki dua lapisan, yaitu lapisan tipis di bagian luar (korteks) dan lapisan tebal di bagian dalam (medulla). Korteks berwarna kelabu berisi badan sel saraf, sedangkan medulla berwarna putih berisi dendrit serta akson.

                  Otak besar manusia mempunyai beberapa bagian dengan fungsi masing-masing. Otak besar bagian belakang merupakan pusat penglihatan, sedangkan bagian samping merupakan pusat pendengaran. Bagian tengah otak besar merupakan pusat pengatur kepekaan kulit dan otot yang berhubungan dengan rangsang panas, dingin, sentuhan, serta tekanan. Di bagian tengah dan belakang otak besar terdapat daerah sebagai pusat perkembangan kecerdasan, sikap, kepribadian, dan ingatan.


                  Fungsi otak kecil manusia adalah sebagai pengatur keseimbangan tubuh dan sebagai pusat koordinasi kerja otot ketika bergerak. Otak kecil terdiri atas dua bagian, yaitu bagian kiri dan kanan. Kedua bagian tersebut dihubungkan oleh jembatan varol. Jembatan varol berfungsi untuk menghantarkan impuls otot-otot bagian kanan dan kiri tubuh. Otak tengah terletak di depan otak kecil dan jembatan varol. Bagian atas otak tengah merupakan pusat refleks mata dan pusat pendengaran.
Sumsum lanjutan disebut juga sumsum sambung atau batang otak. Sumsum lanjutan mempunyai beberapa fungsi, yaitu sebagai pusat pengatur pernapasan, denyut jantung, suhu tubuh, serta pusat pelebaran dan penyempitan pembuluh darah. Sumsum lanjutan atau sumsum penghubung merupakan penghubung antara otak dengan sumsum tulang belakang.

    Sumsum tulang belakang

            Sumsum tulang belakang mempunyai dua fungsi utama, yaitu sebagai penghubung impuls yang berasal dari otak serta sebagai pusat gerak refleks. Sumsum tulang belakang (medulla spinalis) menempati rongga tulang belakang dan berbentuk memanjang. Selaput pembungkusnya sama seperti pada otak, terdiri atas duramater, arachnoid, dan piamater. 
Penampang melintang sumsum tulang belakang terbagi atas dua bagian, yaitu
 1.  Bagian dalam, banyak mengandung badan sel saraf dan sel saraf penghubung.
 2.  Bagian luar, berwarna putih dan banyak mengandung serabut saraf.

   Sistem saraf tepi

                  Menurut asal atau hubungannya, sistem saraf tepi dibedakan menjadi saraf otak dan saraf sumsum tulang belakang. Saraf otak adalah saraf yang keluar dari otak menuju alat-alat indra, misalnya mata, telinga, hidung, atau menuju otot-otot dan kelenjar tertentu.

                  Saraf otak terdiri atas 12 pasang. Saraf sumsum tulang belakang adalah saraf yang keluar dari sumsum tulang belakang menuju alat-alat gerak tubuh, seperti lengan dan kaki, serta otot tubuh lain seperti otot dada dan leher. Saraf tersebut terdiri atas 31 pasang. Saraf ini merupakan gabungan dari neuron sensorik dan motorik.

                   Selain kedua saraf tersebut, pada sistem saraf tepi juga terdapat saraf tak sadar. Saraf tak sadar adalah saraf yang berfungsi mengatur kegiatan organ tubuh yang bekerja di luar kesadaran. Saraf tak sadar sering disebut saraf otonom. Saraf tak sadar terdiri atas sistem saraf simpatik dan sistem saraf parasimpatik. Kedua sistem saraf tersebut bekerja saling berlawanan.



MEKANISME PERNAFASAN DADA DAN PERUT

                                              Mekanisme Pernafasan Dada dan Perut
       Pernafasan Dada adalah pernafasan yang melibatkan otot tulang rusuk. Mekanismenya adalah sebagai berikut

   1. Fase Inspirasi. Fase ini berupa berkontraksinya otot tulang intercostal sehingga rongga dada membesar    akibatnya tekanan udara rongga dada menjadi lebih kecil dari tekanan udara luar sehinga udara luar yang kaya oksigen masuk.

    2. Fase ekspirasi, Fase ini merupakan fase relaksasi yang didikuti turunya tulang rusuk sehingga rongga dada mengecil, akibatnya tekanan udara didalam rongga dada lebih besar daripada tekanan udara luar sehingga tekanan udara dalam rongga dada yang kaya akan karbon dioksida ke luar.


      Pernapasan perut merupakan pernapasan yang mekanismenya melibatkan aktifitas otot-otot diafragma yang membatasi rongga perut dan rongga dada.
Mekanisme pernapasan perut dapat dibedakan menjadi dua tahap yakni sebagai berikut.


1.
Fase Inspirasi. Pada fase ini otot diafragma berkontraksi sehingga diafragma mendatar, akibatnya rongga dada membesar dan tekanan menjadi kecil sehingga udara luar masuk.
2.
Fase Ekspirasi. Fase ekspirasi merupakan fase berelaksasinya otot diafragma (kembali ke posisi semula, mengembang) sehingga rongga dada mengecil dan tekanan menjadi lebih besar, akibatnya udara keluar dari paru-paru.



Monday, September 23, 2013

NEBULIZER



                                            Nebulizer


      Pengertian Nebulizer

     Nebulizer adalah alat yang dapat mengubah obat yang berbentuk larutan menjadi aerosol secara terus- menerus dengan tenaga yang berasal dari udara yang dipadatkan atau gelombang ultrasonik.

     Tujuan pemberian Nebulizer

     Untuk mengurangi sesak pada penderita asma, untuk mengencerkan dahak, bronkospasme berkurang/ menghilang.

      obat-obat Nebulizer:

0. Pulmicort: kombinasi anti radang dengan obat yang melonggarkan saluran napas
1. Nacl : mengencerkan dahak
2. Bisolvon cair : mengencerkan dahak
3. Atroven : melonggarkan saluran napas
4. Berotex : melonggarkan saluran napas
5. Inflamid :untuk anti radang
6. Combiven : kombinasi untuk melonggarkan saluran napas
7. Meptin : melonggarkan saluran napas.

     Kombinasi yang dianjurkan:

* Bisolvon-Berotec-Nacl
* Pulmicort-Nacl
* Combivent-Nacl
* Atroven-Bisolvon-Nacl

     Indikasi dan kontraindikasi Nebulizer:

* Indikasi Nebulizer:
Untuk penderita asma, sesak napas kronik, batuk, pilek, dan gangguan saluran pernapasan.

* Kontraindikasi Nebulizer:
Pada penderita trakeotomi, pada fraktur didaerah hidung.

    Macam-macam Nebulizer:

* § Nebulizer mini
Adalah alat genggam yang menyemburkan medikasi atau agens pelembab, seperti agans bronkodilator atau mukolitik menjadi partikel mikroskopik dan mengirimkannya kedalam paru-paru ketika pasien menghirup napas.

* § Nebulizer nebulizer jet-aerosol
menggunakan gas bawah tekanan

* § Nebulizer ultrasonik
menggunakan getaran frekuensi-tinggi untuk memecah air atau obat menjadi tetesan atau partikel halus.

     Cara pemberian Nebulizer

a. Persiapan alat :

1) Tabung oksigen lengkap dengan flowmeter, humidifier
2) Masker Nebulizer
3) Obat yang akan diberikan
4) Spuit 2 cc (sesuai dengan jumlah obat yang diberikan)
5) Alat tulis

b. Persiapan pasien :

  Menjelaskan prosedur yang akan dilakukan
  Menyiapkan lingkungan yang aman untuk klien dan memasang sampiran

c. Langkah- langkah :

  1. Memberi posisi yang nyaman pada klien
  2. Mengontrol flowmeter dan humidifier
  3. Mencuci tangan
  4. Menyambungkan masker nebulizer dengan tabung oksigen k/p dengan selang penghubung
  5. Mengontrol apakah selang dan masker berfungsi dengan baik
  6. Menghisap obat sesuai instruksi medik dan memasukkannya ke dalam tabung masker nebulizer
  7. Memasang masker sesuai wajah klien
  8. Mengalirkan oksigen sesuai indikasi medik
  9. Mengevaluasi respon klien (pola napas)
  10. Merapihkan pasien
  11. Cuci tangan
  12. Dokumentasi
- Jenis obat dan jumlah liter oksigen yang diberikan
- Waktu pemberian
- Reaksi pasien

d. Sikap

* Teliti
* Sabar
* Hati-hati
* Tanggap terhadap reaksi pasien

NILAI NORMAL TANDA-TANDA VITAL



               Nilai Normal TTV
Nadi
Bayi                : 120-130 x/mnt
Anak              : 80-90 x/mnt
Dewasa          : 70-80 x/mnt
Lansia            : 60-70 x/mnt

Catatan :
Takikardia (Nadi di atas normal)     : Lebih dari 100 x/mnt
Bradikardia (Nadi dibawah normal) : Kurang dari 60x/mnt


Tekanan Darah

Bayi                            : 70-90/50 mmHg
Anak                          : 80-100/60 mmHg
Remaja                      : 90-110/66 mmHg
Dewasa muda            : 110-125/60-70 mmHg
Dewasa tua                : 130-150/80-90 mmHg

Catatan :
Hipotensi                      : Kurang dari 90/60 mmHg
Normal                         : 90-120/60-80 mmHg
Pre Hipertensi               : 120-140/80-90 mmHg
Hipertensi Stadium 1     : 140-160/90-100 mmHg
Hipertensi Stadium 2     : Lebih dari 160/100 mmHg

Suhu Tubuh

Normal                    : 36,6oC - 37,2 oC
Sub Febris               : 37 oC - 38 oC
Febris                      : 38 oC - 40 oC
Hiperpireksis          : 40 oC - 42 oC
Hipotermi                : Kurang dari 36 oC
Hipertermi              :  Lebih dari 40 oC

Catatan :
Oral       : 0,2 oC – 0,5 oC lebih rendah dari suhu rektal
Axilla      : 0,5 oC lebih rendah dari suhu oral

Pernapasan / Respirasi

Bayi                : 30-40 x/mnt
Anak              : 20-30 x/mnt
Dewasa          : 16-20 x/mnt
Lansia            : 14-16 x/mnt

Catatan :
Dispnea               : Pernapasan yang sulit
Tadipnea             : Pernapasan lebih dari normal ( lebih dari 20 x/menit)
Bradipnea           : Pernapasan kurang dari normal ( kurang dari 20 x/menit)
Apnea                 : Pernapasan terhenti
Ipnea                   : Pernapasan normal