Sunday, November 19, 2017

LAPORAN PENDAHULUAN DISPEPSIA



A.    KONSEP PENYAKIT
1.      Definisi
Dispepsia berasal dari bahasa Yunani (Dys) berarti sulit dan Pepse berarti pencernaan. Dispepsia merupakan kumpulan keluhan/gejala klinis yang terdiri dari rasa tidak enak/sakit di perut bagian atas yang menetap atau mengalami kekambuhan keluhan refluks gastroesofagus klasik berupa rasa panas di dada (heartburn) dan regurgitasi asam lambung kini tidak lagi termasuk dispepsia (Mansjoer A edisi III, 2000 hal : 488). Pengertian dipepsia terbagi dua (Mansjoer Arif, 2001) :
a.       Dyspepsia organic,bila telah di ketahui adanya kelainan organic sebagai penyebabnya.
b.      Dyspepsia nonorganic atau dyspepsia fungsional,atau dyspepsia nonulkus,bila tidak jelas penyebabnya.
       Dispepsia mengacu pada rasa kenyang yang tidak mengenyangkan sesudah makan, yang berhubungan dengan mual, sendawa, nyeri ulu hati dan mungkin kram dan begah perut. Sering kali diperberat oleh makanan yang berbumbu, berlemak atau makanan berserat tinggi, dan oleh asupan kafein yang berlebihan, dyspepsia tanpa kelainan lain menunjukkan adanya gangguan fungsi pencernaan (Williams & Wilkins, 2011).
       Dispepsia merupakan kumpulan gejala atau sindrom yang terdiri dari nyeri ulu hati, mual,kembung, muntah, rasa penuh, atau cepat kenyang, sendawa (Dharmika, 2001).

2.      Etiologi
Seringnya, dispepsia disebabkan oleh ulkus lambung atau penyakit acid reflux.. Hal ini menyebabkan nyeri di dada. Beberapa perubahan yang terjadi pada saluran cerna atas akibat proses penuaan, terutama pada ketahanan mukosa lambung (Wibawa, 2006). Kadar lambung lansia biasanya mengalami penurunan hingga 85%. Beberapa obat-obatan, seperti obat anti-inflammatory, dapat menyebabkan dispepsia. Terkadang penyebab dispepsia belum dapat ditemukan.
Penyebab dispepsia secara rinci adalah:
a.       Menelan udara (aerofagi)
b.      Regurgitasi (alir balik, refluks) asam dari lambung
c.       Iritasi lambung (gastritis)
d.      Ulkus gastrikum atau ulkus duodenalis
e.       Kanker lambung
f.       Peradangan kandung empedu (kolesistitis)
g.      Intoleransi laktosa (ketidakmampuan mencerna susu dan produknya)
h.      Kelainan gerakan usus
i.        Stress psikologis, kecemasan, atau depresi
j.        Infeksi Helicobacter pylory
Penyebab dyspepsia dapat dibedakan menjadi 2 yaitu :
a.       Dyspepsia organik, bila telah diketahui adanya kelainan organik sebagai penyebabnya (misalnya tukak peptic, gastritis, pankreastitis, kolesistitis dan lainnya).
b.      Dyspepsia non organik atau dyspepsia fungsional atau dyspepsia non ulkus (DNU), bila tidak jelas penyebabnya.

3.      Manifestasi Klinik
       Klasifikasi klinis praktis, didasarkan atas keluhan gejala yang dominan, membagi dyspepsia menjadi tiga tipe:
a.       Dispepesia dengan keluhan seperti ulkus (ulkus, like dyspepsia), dengan gejala:
1)      Nyeri epigastrium terlokalisasi
2)      Nyeri hilang setelah makan atau pemberian antasida
3)      Nyeri saat lapar
4)      Nyeri episodic
b.      Dispepsia dengan gejala seperti dismotilitas (dysmotility- like dysmotility), dengan gejala:
1)      Mudah kenyang
2)      Perut cepat terasa penuh saat makan
3)      Mual
4)      Muntah
5)      Upper abdominal bloating (bengkak perut bagian atas)
6)      Rasa tak nyaman bertambah saat makan
c.       Dispepesia nonspesifik (tidak ada gejala seprti kedua tipe di atas) (Mansjoer, et al, 2007)

Sidroma dyspepsia dapat bersifat rigan, sedang, dan berat, serta dapat akut atau kronis sesuai dengan perjalanan penyakitnya. Pembagian akut dan kronik berdasarkan atas jangka waktu tiga bulan.
       Nyeri dan rasa tidak nyaman pada perut atas atau dada mungkin dsertai dengan sendawa dan suara usus yang keras (borborigmi). Pada beberapa penderita,makan dapat memperburuk nyeri, pada penderita yang lain, makan bisa mengurangi nyerinya. Gejala lain meliputi nafsu makan yang menurun, mual, sembelit, diare dan flatulensi (perut kembung).
       Jika dyspepsia menetap selama lebih dari beberapa minggu, atau tidak memberi respon terhadap pengobatan, atau disertai penurunan berat badan atau gejala lain yang tidak biasa, maka penderita harus menjalani pemeriksan.

4.      Komplikasi
Penderita sindroma dispepsia selama bertahun-tahun dapat memicu adanya komplikasi yang tidak ringan. Adapun komplikasi dari dispepsia antara lain:
a.       Perdarahan
b.      Kangker lambung
c.       Muntah darah
d.      Ulkus peptikum
5.      Patofisiologi dan Pathway
Perubahan pola makan yang tidak teratur, obat-obatan yang tidak jelas, zat-zat seperti nikotin dan alcohol serta adanya kondisi kejiwaan stress. Pemasukan makanan menjadi kurang dapat mengakibatkan erosi pada lambung akibat gesekan antara dinding-dinding lambung. Kondisi Demikian dapat mengakibatkan peningkatan produksi HCL yang akan merangsang terjadinya kondisi asam pada lambung, sehingga rangsangan di medulla oblongata membawa impuls muntah sehingga intake tidak adekuat baik makanan  maupun cairan.
Pathway :
 

























6.      Penatalaksanaan
Penatalaksanaan dyspepsia dibagi atas dua yaitu non farmakologi dan farmakologi : (Monsjoer Arif, 2001)
a.       Penatalaksanaan non farmokologi
1)      Menghindari makanan yang dapat meningkatkan asam lambung
2)      Menghindarai faktor resiko seperti alkohol,maka makanan yang pedas,obat-obatan yang berlebihan,nikotin, rokok, dan stress.
3)      Atur pola makan
b.      Penatalaksanaan farmakologi
       Sampai sekarang belum regimen pengobatan yang memuaskan terutama dalam mengantisipasi kekambuhan. Hal ini dapat di mengerti karena froses fatofisiologi pun belum jelas.
    Obat-obatan yang di berikan pada klien dyspepsia meliputi :
1)      Antasid (menetralkan asam lambung).
2)      Golongan antikolinergi (menghambat pengeluaran asam lambung),dan
3)      Prognetik (mencegah terjadinya muntah)


B.    ASUHAN KEPERAWATAN
1.      Pengkajian
a.       Riwayat
Pengkajian ini meliputi keluhan utama, riwayat penyakit sekarang, riwayat penyakit dahulu, kesehatan keluarga, termasuk genogram dan kesehatan lingkungan.
b.      Pola Gordon
1)      Pola Persepsi Kesehatan
Kaji pasien mengenai :
Arti sehat dan sakit bagi pasien, pengetahuan status kesehatan pasien saat ini, perlindungan terhadap kesehatan : program skrining, kunjungan ke pusat pelayanan ksehatan, diet, latihan dan olahraga, manajemen stress, faktor ekonomi, pemeriksaan diri sendiri : pyudara, riwayat medis keluarga, pengobatan yang sudah dilakukan.Perilaku untuk mengatasi masalah kesehatan
2)      Pola Metabolik – Nutrisi
Kaji pasien mengenai :
Kebiasaan jumlah makanan dan kudapan. Jenis dan jumlah (makanan dan minuman). Pola makan 3 hari terakhir atau 24 jam terakhir, porsi yang dihabiskan, nafsu makan. Kepuasan akan berat badan. Persepsi akan kebutuhan metabolic. Faktor pencernaan : nafsu makan, ketidaknyamanan, rasa dan bau, gigi, mukosa mulut, mual atau muntah, pembatasan makanan, alergi makanan
3)      Pola Eliminasi
Kaji pasien mengenai :
Kebiasaan pola buang air kecil : frekuensi, jumlah (cc), warna, bau, nyeri, mokturia, kemampuan mengontrol BAK, adanya perubahan lain. Kebiasaan pola buang air besar : frekuensi, jumlah (cc), warna, bau, nyeri, mokturia, kemampuan mengontrol BAB, adanya perubahan lain. Keyakinan budaya dan kesehatan. Kemampuan perawatan diri : ke kamar mandi, kebersihan diri. Penggunaan bantuan untuk ekskresi.
Data pemeriksaan fisik yang berhubungan (abdomen, genitalia, rektum, prostat)
4)      Pola Aktivitas - Latihan
Kaji pasien mengenai :
Aktivitas kehidupan sehari-hari. Olahraga : tipe, frekuensi, durasi dan intensitas. Aktivitas menyenangkan. Keyakinan tenatng latihan dan olahraga. Kemampuan untuk merawat diri sendiri (berpakaian, mandi, makan, kamar mandi). Mandiri, bergantung, atau perlu bantuan. Penggunaan alat bantu (kruk, kaki tiga)
Data pemeriksaan fisik (pernapasa, kardiovaskular, muskuloskeletal, neurologi)
5)      Pola Istirahat - Tidur
Kaji pasien mengenai :
Kebiasaan tidur sehari-hari (jumlah waktu tidur, jam tidur dan bangun, ritual menjelang tidur, lingkungan tidur, tingkat kesegaran setelah tidur). Penggunaan alat mempermudah tidur (obat-obatan, musik). Jadwal istirahat dan relaksasi. Gejala gangguan pola tidur. Faktor yang berhubungan (nyeri, suhu, proses penuaan dll)
Data pemeriksaan fisik (lesu, kantung mata, keadaan umum, mengantuk)
6)      Pola Persepsi - Kognitif
Kaji pasien mengenai :
Gambaran tentang indra khusus (pnglihatan, penciuman, pendengar, perasa, peraba). Penggunaan alat bantu indra. Persepsi ketidaknyamanan nyeri (pengkajian nyeri secara komprehensif). Keyaknan budaya terhadap nyeri. Tingkat pengetahuan klien terhadap nyeri dan pengetahuan untuk mengontrol dan mengatasi nyeri.
Data pemeriksaan fisik yang berhubungan (neurologis, ketidaknyamanan)
7)      Pola Konsep Diri - Persepsi
Kaji pasien mengenai :
Keadaan sosial : peekrjaan, situasi keluarga, kelompok social. Identitas personal : penjelasan tentang diri sendiri, kekuatan dan kelemahan yang dimiliki. Keadaan fisik, segala sesuatu yang berkaiyan dengan tubuh (yg disukai dan tidak). Harga diri : perasaan mengenai diri sendiri. Ancaman terhadap konsep diri (sakit, perubahan peran). Riwayat berhubungan dengan masalah fisik dan atau psikologi.
Data pemeriksaan fisik yang berkaitan (mengurung diri, murung, gidak mau berinteraksi)
8)      Pola Hubungan - Peran
Kaji pasien mengenai :
Gambaran tentang peran berkaitam dengan keluarga, teman, kerja. Kepuasan/ketidakpuasaan menjalankan peran. Efek terhadap status kesehatan. Pentingnya keluarga. Struktur dan dkungan keluarga. Proses pengambilan keputusan keluarga. Pola membersarkan anak. Hubungan dengan orang lain. Orang terdekat dengan klien.
9)      Pola Reproduksi - Seksualitas
Kaji pasien mengenai :
Masalah atau perhatian seksual. Menstrusi, jumlah anak, jumlah suami/istri. Gambaran perilaku seksual (perilaku sesksual yang aman, pelukan, sentuhan dll). Pengetahuan yang berhubungan dengan seksualitas dan reproduksi. Efek terhadap kesehatan. Riwayat yang berhubungan dengan masalah fisik dan atau psikologi.
Data pemeriksaan fisik yang berkaitan (KU, genetalia, payudara, rektum)
10)  Pola Mekanisme Koping
Kaji pasien mengenai :
Sifat pencetus stress yang dirasakan baru-baru ini. Tingkat stress yang dirasakan. Gambaran respons umum dan khusus terhadap stress. Strategi mengatasi stress yang biasa digunakan dan keefektifannya. Strategi koping yang biasa digunakan. Pengetahuan dan penggunaan teknik manajemen stress. Hubungan antara manajemen stress dengan keluarga.
11)  Pola Keyakinan - Nilai
Kaji pasien mengenai :
Latar belakang budaya/etnik. Status ekonomi, perilaku kesehatan yang berkaitan dengan kelompok budaya/etnik. Tujuan kehidupan bagi pasien. Pentingnya agama/spiritualitas. Dampak masalah kesehatan terhadap spiritualitas. Keyakinan dalam budaya (mitos, kepercayaan, laragan, adat) yang dapat mempengaruhi kesehatan
c.       Pemeriksaan Fisik
1)      Kesadaran : meliputi compos mentis, delirium, samnolens, apatis, atau koma.
2)      Tanda-tanda vital : meliputi tekanan darah, nadi, suhu dan pernafasan.
3)      Kepala : meliputi bentuk kepala, kulit kepala, dan rambut.
4)      Muka : meliputi observasi mata, hidung, mulut dan telinga.
5)      Leher : meliputi obsevasi kelenjar tyroid, limfe, dan JVP.
6)      Dada (torax) : meliputi observasi pemeriksaan paru-paru dan jantung.
7)      Abdomen : meliputi observasi seluruh region perut termasuk auskultasi peristaltic.
8)      Genitalia : observasi meliputi organ-organ genitalia.
9)      Ekstermitas : observasi meliputi kekuatan otot, rentang gerak, akral, edema, crt dan keluhan dari ekstermitas atas dan bawah.
d.      Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan klinis menurut Selamihardja (1997) adalah sebagai berikut. Untuk mengetahui adanya kuman H. pylori dapat dilakukan pemeriksaan melalui beberapa cara.
1)      Pemeriksaan non invasif Pemeriksaan ini dilakukan melalui pemeriksaan serologi (pemeriksaan serum darah; positif atau tidak). Hasil positif menunjukkan adanya infeksi oleh H. Pylori.
2)      Pemeriksaan invasif Berupa pemeriksaan histologi atau patologi anatomi serta pemeriksaan CLO (Campylobacter Like Organism). Pemeriksaan ini dilakukan dengan cara pencampuran hasil biopsi jaringan pencernaan dengan zat khusus. Selang 24 jam campuran tersebut akan menunjukkan hasil negatif dalam warna kuning dan hasil positif jika berwarna merah. Hasil positif menunjukan adanya kuman H. pylori.  
3)      Pemeriksaan dengan sistem PCR (Polymerase Chain Reaction) Dilakukan dengan cara penyedotan cairan perut melalui selang yang dimasukkan lewat lubang hidung. Kemudian cairan tersebut diperiksa menggunakan mikroskop. Jika penderita terinfeksi H. pylori maka pada mikroskop akan tampak kuman tersebut.
4)      Entero test Menggunakan kapsul bertali nilon yang ditelan dengan bantuan air, tepi ujung tali tetap ditahan di luar mulut. Tali nilon tersebut akan menyerap cairan dari perut. Setengah jam kemudian pasien dapat menarik tali nilon secara perlahan keluar dari mulut. Cairan yang menempel pada tali dites di laboratorium. Hasil positif terinfeksi akan ditunjukkan oleh adanya kumpulan kuman H. pylori pada sampel cairan perut.
Pemeriksaan klinis lain yang dilakukan untuk mendeteksi adanya kelainan pada organ-organ tubuh antara lain :
a.       Endoskopi Untuk mengetahui ada tidaknya luka di orofaring, warna mukosa menentukan ada tidaknya refluks esofagitis.
b.      USG (Ultra Sonografi) 
c.       Bila diduga ada kelainan di pankreas, kelainan tiroid, dan tumor.

2.      Diagnosa Keperawatan
a.       Nyeri akut Bd agen cedera fisik.
b.      Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan Bd tidak mampu dalam memasukkan mencerna dan mengabsorbsi makanan.
c.       Ancietas Bd koping penyakit akut.

3.      Perencanaan Keperawatan
a.       Nyeri akut Bd agen cedera fisik.
NOC : - Diharapkan setelah dilakukan tindakan keperawatan masalah nyeri dapat diatasi
Kriteria Hasil :
- Melaporkan nyeri terkontrol.
- Nyeri yang dilaporkan dalam skala ringan.
- Tanda-tanda vital dalam batas normal.
NIC :
1)      Kaji skala nyeri.
2)      Ajarkan teknik distraksi dan relaksasi nafas dalam.
3)      Ukur tanda-tanda vital.
4)      Kolaborasi pemberian analgetik.
b.      Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan Bd tidak mampu dalam memasukkan mencerna dan mengabsorbsi makanan.
NOC : - Diharapkan setelah dilakukan tindakan keperawatan masalah ketidak seimbangan nutrisi dapat diatasi.
Kriteria Hasil :
- Intake nutrisi adekuat
- Daya tahan tubuh dalam batasan normal
- Mengungkapkan porsi makanan habis.
NIC :
1)      Monitor mual muntah.
2)      Jadwal waktu perawatan dan prosedur pemberian makanan.
3)      Jelaskan informasi nutrisi yang sesuai dengan kebutuhan .
4)      Tawarkan makanan kecil ( minuman, buah segar, jus buah ).
5)      Monitor gejala penurunan BB.
6)      Tetapkan kolaborasi dengan ahli gizi tentang kalori dan tipe nutrisi
c.       Ancietas Bd koping penyakit akut.
NOC : - Diharapkan setelah dilakuka tindakan keperawatan masalah ansietas dapat diatasi.
Kriteria Hasil :
- Melaporkan penurunan durasi dari episode cemas
- Menggunakan tehnik relaksasi untuk menurunkan kecemasan
- Menyingkirkan tanda kecemasan.
NIC :
1)      Berikan informasi tentang diagnosa, prognosis dan tindakan.
2)      Bantu pasien mengidentifikasi situasi yang menciptakan cemas
3)      Instruksikan klien untuk menggunakan tehnik relaksasi.
4)      Dukung penggunaan mekanisme definsif dengan cara yang tepat.
5)      Berisaha memahami keadaan klien.

4.      Evaluasi Keperawatan
Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencana tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara yang berkesinambungan, dengan menilai klien, keluarga dan tenaga kesehatan lainnya, (Setiadi, 2012).


REFERENSI

Bulecheck, M. dkk. 2016. Nursing Intervention Classivication (NIC). Singapore : ELSEVIER.
Masjoer. 2001. Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius.
Setiadi. 2012. Konsep dan Penulisan Dokumentasi Asuhan Keperawatan Teori dan Praktek. Yogyakarta : Graha Ilmu.
William and Wilkins. 2011. Nursing : Memahami Berbagai Macam Penyakit. Jakarta : PT. Indeks.
Wibawa 2006. Penanganan Dispepsia .Jurnal penyakit dalam (3) : 214.