Thursday, February 19, 2015

PROSES TERJADINYA REAKSI ALERGI

                                                  PROSES TERJADINYA REAKSI ALERGI


Dalam tubuh kita dikenal 5 jenis antibodi atau imunoglobulin yaitu imunoglobulin G,A,M,E dan D. Imunoglobulin E adalah antibodi yang banyak berperan pada reaksi alergi. Dalam tubuh penderita alergi, imunoglobulin E terdapat dalam kadar yang tinggi terutama imunoglobulin E yang spesifik terhadap zat-zat tertentu yang menimbulkan reaksi alergi (zat alergen). Misalnya debu rumah, mite (tungau debu rumah), bulu binatang, serbuk bunga atau makanan tertentu seperti telur, susu, ikan laut dan lain-lain. Di dalam jaringan imunoglobulin E yang spesifik terhadap alergen tersebut di atas menempel pada sel mast yaitu sel yang berperan pada reaksi alergi dan peradangan. Bila imunoglobulin E ini kontak lagi dengan zat-zat terkait seperti misalnya protein susu sapi, protein telur, tungau debu rumah dan lain-lain, maka sel mast ini mengalami degranulasi (pecah) dan mengeluarkan zat-zat yang terkandung dalam granulanya yang berperan pada reaksi alergi. Bila zat-zat seperti histamin, kinin, bradikinin. Yang dapat menimbulkan gejala-gejala alergi seperti gatal-gatal (biduran), sistim saluran napas (asma, rinitis), saluran cerna (diare, muntah), kulit (biduran, eksim), mata (konjungtivitis alergika) serta susunan saraf (sakit kepala dan lain-lain).


Reaksi alergi tidak terjadi secara tiba-tiba. Untuk ini memerlukan waktu yang disebut proses sensitisasi, yaitu masa sejak kontak dengan alergen sampai terjadinya reaksi alergi. Reaksi alergi dapat terjadi kalau kadar imunoglobulin E sudah cukup banyak. Pada saat kontak pertama dengan alergen, baru mulai timbul perlawanan dari tubuh yang mempunyai bakat atopik yaitu terbentuknya imunoglobulin yang spesifik terhadap alergen tersebut.. Bila kontak terhadap alergen ini berlangsung terus menerus, misalnya bayi yang mendapat formula susu sapi. Kadar imunoglobulin E yang spesifik terhadap susu sapi ini makin banyak sampai suatu saat dapat menimbulkan reaksi alergi bila mengonsumsi susu sapi tersebut.


Oleh karena itu sering seorang ibu terkejut bila diberi tahu anaknya alergi susu sapi karena sejak kecil minum formula susu sapi tidak ada reaksi apa-apa. Munculnya reaksi alergi terhadap alergen sejak kontak pertama kali atau disebut sebagai proses sensitisasi dapat timbul dalam waktu singkat atau dapat terjadi beberapa bulan atau beberapa tahun kemudian. Hal ini bergantung kepada seringnya kontak dengan alergen atau kepekaan seseorang terhadap alergen tersebut. Sebagai contoh, bayi yang mendapat formula susu sapi dapat menunjukkan gejala alergi dalam waktu satu minggu atau setelah usia satu tahun, sehingga baik pasien atau dokternya sering tidak menduga kalau formula susu sapi ini sebagai penyebabnya. Untuk ini diperlukan pemeriksaan penunjang laboratorium yang khusus atau uji eliminasi provokasi yang akan dibahas kemudian. Reaksi alergi yang ringan bila tidak diatasi makin lama akan menjadi lebih berat. Kadar imunoglobulin E yang spesifik terhadap alergen tertentu yang tidak dihindari akan akin meningkat. Sel mast yang mengalami degranulasi (pecah) dapat mengeluarkan suatu zat yang disebut interleukin 4 yang dapat merangsang sel limfosit B untuk menghasilkan imunoglobulin E lebih banyak lagi.. Reaksi alergi yang berlanjut dapat menghasilkan zat médiator baru yang lebih poten dari zat histamin antara lain leukotrien. Keadaan ini terutama terjadi pada penyakit alergi yang kronis. Bila terjadi keadaan seperti ini biasanya tidak mempan lagi dengan pengobatan antihistamin biasa tetapi diperlukan obat anti radang yang lebih kuat seperti obat golongan kortikosteroid. Oleh karena itu pencegahan dan penanganan dini penyakit alergi sangat penting supaya tidak berlanjut menjadi kronis.