LAPORAN
PENDAHULUAN
DEMAM TYPOID
A.
KONSEP
PENYAKIT
1.
Definisi
Demam
Thypoid adalah penyakit infeksi akut yang biasanya mengenai saluran pencernaan
dengan gejala demam yang lebih dari satu minggu, gangguan pada pencernaan dan
gangguan kesadaran ( Nursalam dkk, 2005 : 152 ). Dan pada anak biasanya lebih
ringan dari pada orang dewasa, masa inkubasi 10 – 20 hari, yang tersingkat 4
hari jika inpeksi terjadi melalui makanan ( Ngastiyah, 2008).
Typhoid
adalah penyakit infeksi sistemik akut yang disebabkan infeksi salmonella thypi.
Organisme ini masuk melalui makanan dan minuman yang sudah terkontaminasi oleh
faeses dan urine dari orang yang terinfeksi kuman salmonella (Bruner and
Sudart, 2013).
2.
Etiologi
Demam
Thypoid disebabkan oleh bakteri Salmonella typhi. Selain oleh Salmonella typhi,
demam typhoid juga bisa disebabkan oleh Salmonella paratyphi A, B dan C namun
gejalanya jauh lebih ringan.Ada dua sumber penularan salmonella typhi yaitu
pasien dengan demam typhoid dan pasien dengan carier. Carier adalah orang yang
sembuh dari demam typhoid dan masih terus mengekresi salmonella typhi dalam
tinja dan air kemih selama lebih dari 1 tahun.(Sudoyo.2008).
3.
Manifestasi
Klinik
a. Prodromal,
yaitu perasaan tidak enak badan dan demam.
b. Lesu,
nyeri kepala, pusing dan tidak bersemangat
c. Nafsu
makan berkurang
d. Bibir
kering dan pecah-pecah
e. Perut
Kembung
f. Sulit
BAB
g. Gangguan
kesadaran, Masa tunas typhoid 10 – 14 hari
a. Minggu
I
Pada umumnya demam
berangsur naik, terutama sore hari dan malam hari. Dengan keluhan dan gejala
demam, nyeri otot, nyeri kepala, anorexia dan mual, batuk, epitaksis, obstipasi
/ diare, perasaan tidak enak di perut.
b. Minggu
II
Pada minggu II gejala
sudah jelas dapat berupa demam, bradikardi, lidah yang khas (putih, kotor,
pinggirnya hiperemi), hepatomegali, meteorismus, penurunan kesadaran.(
Nurarif.2015).
4.
Komplikasi
a. Komplikasi
intestinal
1) Perdarahan
usus
2) Perporasi
usus
3) Ilius
paralitik
b. Komplikasi
ekstra intestinal
1) Komplikasi
kardiovaskuler : kegagalan sirkulasi (renjatan sepsis), miokarditis, trombosis,
tromboplebitis.
2) Komplikasi
darah : anemia hemolitik, trobositopenia, dan syndroma uremia hemolitik.
3) Komplikasi
paru : pneumonia, empiema, dan pleuritis.
4) Komplikasi
pada hepar dan kandung empedu : hepatitis, kolesistitis.
5) Komplikasi
ginjal : glomerulus nefritis, pyelonepritis dan perinepritis.
6) Komplikasi
pada tulang : osteomyolitis, osteoporosis, spondilitis dan arthritis.
7) Komplikasi
neuropsikiatrik : delirium, meningiusmus, meningitis, polineuritis perifer
8) Perforasi
usus terjadi pada 0,5-3% dan perdarahan berat pada 1-10% penderita demam
tifoid. Kebanyakan komplikasi terjadi selama stadium ke-2 penyakit dan umumnya
didahului oleh penurunan suhu tubuh dan tekanan darah serta kenaikan denyut
jantung.( Nurarif.2015).
5.
Patofisiologi
dan Pathway
Kuman
salmonella thypi, salmonella paratyphy yang menjadi penyebab demam thypoid
masuk ke saluran cerna. Saat berada dalam saluran cerna sebagian diantaranya
dimusnahkan dalam asam lambung, namun sebagian lagi masuk kedala usus halus,
dan membentuk limfoid plaque peyeri. Ada yang hidup dan bertahan ada juga yang
menembus lamina propia dan masuk ke aliran limfe serta masuk ke kelenjar limfe
dan menembus aliran darah sehingga bersarang dihati dan limfa. Dan terjadi
hepatomegali yang akan menimbulkan nyeri tekan dan infeksi yang menyebabkan zat
pirogen oleh leukosit pada jaringan meradang dan ini yang menyebabkan demam
tifoid sehingga terjadi peningkatan suhu badan atau panas.
Penularan
salmonella thypi dapat ditularkan melalui berbagai cara, yang dikenal dengan 5F
yaitu Food(makanan), Fingers(jari tangan/kuku), Fomitus (muntah), Fly(lalat),
dan melalui Feses.
Feses
dan muntah pada penderita typhoid dapat menularkan kuman salmonella thypi
kepada orang lain. Kuman tersebut dapat ditularkan melalui perantara lalat,
dimana lalat akan hinggap dimakanan yang akan dikonsumsi oleh orang yang sehat.
Apabila orang tersebut kurang memperhatikan kebersihan dirinya seperti mencuci
tangan dan makanan yang tercemar kuman salmonella thypi masuk ke tubuh orang
yang sehat melalui mulut. Kemudian kuman masuk ke dalam lambung, sebagian kuman
akan dimusnahkan oleh asam lambung dan sebagian lagi masuk ke usus halus bagian
distal dan mencapai jaringan limpoid. Di dalam jaringan limpoid ini kuman
berkembang biak, lalu masuk ke aliran darah dan mencapai sel-sel
retikuloendotelial. Sel-sel retikuloendotelial ini kemudian melepaskan kuman ke
dalam sirkulasi darah dan menimbulkan bakterimia, kuman selanjutnya masuk limpa,
usus halus dan kandung empedu (Mansjoer et, al 2008).
Pathway
Salmnela thyposa
usus halus hepatomegali spanmegali demam
nyeri
|
|
Resiko kurang volume cairan
|
6.
Penataksanaan
a. Pencegahan
Cara pencegahan yang dilakukan pada demam
typhoid adalah cuci tangan setelah dari toilet dan khususnya sebelum makan atau
mempersiapkan makanan, hindari minum susu mentah (yang belum dipsteurisasi),
hindari minum air mentah, rebus air sampai mendidih dan hindari makanan pedas.
b.
Istirahat dan Perawatan
Bertujuan
untuk mencegah komplikasi dan mempercepat penyembuhan. Tirah baring dengan
perawatan dilakukan sepenuhnya di tempat seperti makan, minum, mandi, dan
BAB/BAK. Posisi pasien diawasi untuk mencegah dukubitus dan pnemonia
orthostatik serta higiene perorangan tetap perlu diperhatikan dan dijaga.
c.
Diet dan Terapi
Penunjang
1)
Mempertahankan asupan
kalori dan cairan yang adekuat.
2) Memberikan
diet bebas yang rendah serat pada penderita tanpa gejala meteorismus ( kembung
perut), dan diet bubur saring pada penderita dengan meteorismus. Hal ini
dilakukan untuk menghindari komplikasi perdarahan saluran cerna dan perforasi
usus. Gizi penderita juga diperhatikan agar meningkatkan keadaan umum dan
mempercepat proses penyembuhan.b. Cairan yang adequat untuk mencegah dehidrasi
akibat muntah dan diare.
3) Primperan
(metoclopramide) diberikan untuk mengurangi gejala mual muntah dengan dosis 3 x
5 ml setiap sebelum makan dan dapat dihentikan kapan saja penderita sudah tidak
mengalami mual lagi.
d. Pemberian
Antimikroba
e. Obat
– obat antimikroba yang sering digunakan dalam melakukan tatalaksana tifoid
adalah:
1) Kloramfenikol.
Dosis yang diberikan adalah 4 x 500 mg perhari, dapat diberikan secara oral
atau intravena, sampai 7 hari bebas panas
2) Tiamfenikol.
Dosis yang diberikan 4 x 500 mg per hari.
3) Kortimoksazol.
Dosis 2 x 2 tablet (satu tablet mengandung 400 mg sulfametoksazol dan 80 mg
trimetoprim)
4) Ampisilin
dan amoksilin. Dosis berkisar 50-150 mg/kg BB, selama 2 minggu
5) Sefalosporin
Generasi Ketiga. dosis 3-4 gram dalam dekstrosa 100 cc, diberikan selama ½ jam
per-infus sekali sehari, selama 3-5 hari
6) Kombinasi
obat antibiotik. Hanya diindikasikan pada keadaan tertentu seperti: Tifoid
toksik, peritonitis atau perforasi, syok septik, karena telah terbukti sering
ditemukan dua macam organisme dalam kultur darah selain kuman Salmonella typhi.
(Widiastuti S, 2001)
7) Vit
B komplek dan Vit C sangat diperlukan untuk menjaga kesegaran dan kekuatan
badan serta berperan dalam kestabilan pembuluh kafiler. (Ngastiyah. 2005).
B.
ASUHAN
KEPERAWATAN
1. Pengkajian
a.
Biodata Klien dan
penanggung jawab (nama, usia, jenis kelamin, agama, alamat)
b.
Riwayat Kesehatan
1)
Keluhan utama
Biasanya
klien dirawat di rumah sakit dengan keluhan sakit kepala, demam, nyeri dan
pusing
2)
Riwayat Kesehatan
Sekarang
Biasanya
klien mengeluh kepala terasa sakit, demam,nyeri dan pusing, berat badan berkurang,
klien mengalami mual, muntah dan anoreksia, klien merasa sakit diperut dan
diare, klien mengeluh nyeri otot.
3)
Riwayat Kesehatan
Dahulu
Kaji
adanya riwayat penyakit lain/pernah menderita penyakit seperti ini sebelumnya
4)
Riwayat Kesehatan
Keluarga
Kaji
adanya keluarga yang menderita penyakit yang sama (penularan).
c.
Pemeriksaan Fisik
1)
Pengkajian umum
Tingkat
kesadaran : composmentis, apatis, somnolen,supor, dan koma
Keadaan
umum : sakit ringan, sedang, berat
Tanda-tanda
vital
2)
Pengkajian sistem tubuh
a)
Pemeriksaan kulit dan
rambut
Kaji
nilai warna, turgor, tekstur dari kulit dan rambut pasien
b)
Pemeriksaan kepala dan
leher
Pemeriksaan
mulai dari kepala, mata, hidung, telinga, mulut dan leher. Kaji kesimetrisan,
edema, lesi, maupun gangguan pada indera.
c)
Pemeriksaan dada
Paru-paru
Inspeksi : kesimetrisan, gerak napas
Palpasi : kesimetrisan taktil fremitus
Perkusi : suara paru (pekak, redup, sono,
hipersonor, timpani)
Jantung
Inspeksi : amati iktus cordis
Palpalsi : raba letak iktus cordis
Perkusi : batas-batas jantung
d)
Pemeriksaan abdomen
Inspeks : keadaan kulit, besar dan bentuk
abdomen, gerakan
Palpasi : hati, limpha teraba/tidak, adanya
nyeri tekan
Perkusi : suara peristaltic usus
Auskultasi : frekuensi bising usus
e)
Pemeriksaan ekstremitas
Kaji
warna kulit, edema, kemampuan gerakan dan adanya alat bantu.
3)
Pemeriksaan pertumbuhan
dan perkembangan
a)
Riwayat prenatal : ibu
terinfeksi TORCH selama hamil, preeklamsi, BB ibu tidak naik, pemantauan
kehamilan secara berkala. Kehamilan dengan resiko yang tidak dipantau secara
berkala dapat mengganggu tumbang anak
b)
Riwayat kelahiran :
cara melahirkan anak, keadaan anak saat lahir, partus lamadan anak yang lahir
dengan bantuan alat/ forcep dapat mengganggu tumbang anak
c)
Pertumbuhan fisik : BB
(1,8-2,7kg), TB (BB/TB, BB/U, TB/U), lingkar kepala (49-50cm), LILA, lingkar
dada, lingkar dada > dari lingkar kepala,
d)
Pemeriksaan fisik :
bentuk tubuh, keadaan jaringan otot (cubitan tebal untuk pada lengan atas,
pantat dan paha mengetahui lemak subkutan), keadaan lemak (cubitan tipis pada
kulit dibawah tricep dan subskapular), tebal/ tipis dan mudah / tidak akarnya
dicabut, gigi (14- 16 biji), ada tidaknya udem, anemia dan gangguan lainnya.
e)
Perkembangan :
melakukan aktivitas secara mandiri (berpakaian) , kemampuan anak berlari dengan
seimbang, menangkap benda tanpa jatuh, memanjat, melompat, menaiki tangga,
menendang bola dengan seimbang, egosentris dan menggunakan kata ” Saya”,
menggambar lingkaran, mengerti dengan kata kata, bertanya, mengungkapkan
kebutuhan dan keinginan, menyusun jembatan dengan kotak –kotak.
4)
Riwayat imunisasi
Riwayat
sosial: bagaimana klien berhubungan dengan orang lain.
d.
Pengkajian Pola
Fungsional Gordon
1)
Pola persepsi kesehatan
manajemen kesehatan
Yang
perlu dikaji adalah bagaimana pola sehat – sejahtera yang dirasakan,
pengetahuan tentang gaya hidup dan berhubungan dengan sehat, pengetahuan
tentang praktik kesehatan preventif, ketaatan pada ketentuan media dan
keperawatan. Biasanya anak-anak belum mengerti tentang manajemen kesehatan,
sehingga perlu perhatian dari orang tuanya.
2)
Pola nutrisi metabolik
Yang
perlu dikaji adalah pola makan biasa dan masukan cairan klien, tipe makanan dan
cairan, peningkatan / penurunan berat badan, nafsu makan, pilihan makan.
3)
Pola eliminasi
Yang
perlu dikaji adalah pola defekasi klien, berkemih, penggunaan alat bantu,
penggunaan obat-obatan.
4)
Pola aktivas latihan
Yang
perlu dikaji adalah pola aktivitas klien, latihan dan rekreasi, kemampuan untuk
mengusahakan aktivitas sehari-hari (merawat diri, bekerja), dan respon
kardiovaskuler serta pernapasan saat melakukan aktivitas.
5)
Pola istirahat tidur
Yang
perlu dikaji adalah bagaimana pola tidur klien selama 24 jam, bagaimana
kualitas dan kuantitas tidur klien, apa ada gangguan tidur dan penggunaan
obat-obatan untuk mengatasi gangguan tidur.
6)
Pola kognitif persepsi
Yang
perlu dikaji adalah fungsi indra klien dan kemampuan persepsi klien.
7)
Pola persepsi diri dan
konsep diri
Yang
perlu dikaji adalah bagaimana sikap klien mengenai dirinya, persepsi klien
tentang kemampuannya, pola emosional, citra diri, identitas diri, ideal diri,
harga diri dan peran diri. Biasanya anak akan mengalami gangguan emosional
seperti takut, cemas karena dirawat di RS.
8)
Pola peran hubungan
Kaji
kemampuan klien dalam berhubungan dengan orang lain. Bagaimana kemampuan dalam
menjalankan perannya.
9)
Pola reproduksi dan
seksualitas
Kaji
adakah efek penyakit terhadap seksualitas anak.
10)
Pola koping dan
toleransi stress
Yang
perlu dikaji adalah bagaimana kemampuan klien dalam manghadapai stress dan
adanya sumber pendukung. Anak belum mampu untuk mengatasi stress, sehingga
sangat dibutuhkan peran dari keluarga terutama orang tua untuk selalu mendukung
anak.
11)
Pola nilai dan
kepercayaan
Kaji
bagaimana kepercayaan klien. Biasanya anak-anak belum terlalu mengerti tentang
kepercayaan yang dianut. Anak-anak hanyan mengikuti dari orang tua.(Nurarif.2015).
2. Diagnosa Keperawatan
a.
Hipertermi b.d proses
infeksi salmonella thypi
b. Kekurangan
volume cairan berhubungan dengan muntah
c. Ketidakseimbangan
Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh berhubungan dengan intake tidak adekuat.
3. Perencanaan Keperawatan
NANDA
|
NOC
|
NIC
|
Hipertermi b.d proses infeksi salmonella thypi
|
Indikator:
· Suhu 36,5
– 37,5oC
· Bibir
lembab
· Kulit
tidak teraba panas
· Aktifitas sesuai kemampuan
|
· Identifikasi penyebab / factor yang dapat
menyebabkan hipertermi
· Observasi cairan masuk dan keluar, hitung
balance cairan
·Beri cairan sesuai kebutuhan bila tidak bila
kontraindikasi
·Berikan kompres air hangat.
· Anjurkan pasien untuk mengurangi aktifitas yang
berlebihan saat suhu naik / bedrest total
· Anjurkan pasien menggunakan pakaian yang mudah
menyerap keringat
·Ciptakan lingkungan yang nyaman
Kolaborasi :
·Pemberian antipiretik
·Pemberian antibiotic
|
Kekurangan volume cairan berhubungan dengan muntah
Defenisi : penurunan cairan intravaskuler
intestinal dan atau intraseluler, contohnya dehidrasi, kehilangan cairan
tanpa perubahan sodium.
Batasan karakteristik :
Kelelahan, kehilangan berat badan.
|
Keseimbangan cairan
Indikator:
·Keseimbangan intake dan output 24 jam
·Berat badan stabil
·Tidak ada rasa haus yang berlebihan
·Elektrolit serum dalam batas normal
·Hidrasi kulit tidak ada
|
Pengelolaan cairan
Aktifitas:
·Pantau berat badan biasanya dan kecendrungannya
·Mempertahankan intake dan output pasien
·Pantau ststus hidrasi
·Memonitor status hemodynamic termasuk CVP, MAP,
PAP, dan PCWP
·Pantau tanda-tanda vital pasien
·Pantau status nutrisi pasien
|
Ketidakseimbangan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan
Tubuh berhubungan dengan intake tidak adekuat
Defenisi: ketidak cukupan intake nutrisi untuk
kebutuhan metabolik.
Batasan karakteristik
·Berat badan 20% berkurang dari ideal
·Lemahnya kesehatan otot
· Tidak nafsu makan
|
Status nutrisi
Indikator:
·Intake nutrisi
·Intake makanan dan cairan
·Energi
·Berat tubuh
|
Mengontrol Nutrisi
Aktivitas:
·Menimbang berat badan pasien pada jarak yang
ditentukan
·Memantau gejala kekurangan dan penambahan berat
badan
·Memantau respon emosional pasien ketika
ditempatkan pada situasi yang melibatkan makanan dan makan
·Memantau interaksi orang tua/anak selama makan,
jika diperlukan
·Mengontrol keadaan lingkungan ketika makan
·Mengontrol turgor kulit, jika diperlukan
· Memantau kekeringan, tipisnya rambut sehingga
mudah rontok
· Memantau gusi saat menelan, karang gigi, dan
penambahan luka
· Mengontrol mual dan muntah
· Memantau tingkat energy, rasa tidak nyaman,
kelelahan, dan kelemahan
· Memantau jaringan yang pucat, memerah, dan
kering
· Memantau kemerahan, bengkak, dan retak pada
mulut/bibir
|
Daftar
Pustaka
Nursalam dkk, (2005), Asuhan Keperawatan bayi dan anak,
Jakarta, Salemba Medika.
Ngastiyah, (2005), Perawat Anak Sakit. Edisi 2, Jakarta,
EGC.
Hidayat AA, (2006), Pengantar Ilmu Keperawatan Anak, (Edisi 1), Jakarta, Salemba Medika.
Mansjoer S, Suprohaita., Wardhani,
W., Setiowulan, W.2008. Kedokteran Jilid II.Jakarta. Media Aesculapius.
Brunner & Suddart. 2013. Buku Ajar
Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8volume 2.Jakarta.EGC.
Nurarif, A.H. & Kusuma, H.2015.Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa Medis Nanda Nic-Noc.Jogjakarta.Mediaaction
No comments:
Post a Comment