Saturday, January 26, 2019

RESUME KEPERAWATAN JIWA ECT

RESUME KEPERAWATAN JIWA ECT

A.    IDENTITAS KLIEN
Nama                     :     Ny.S
Umur                     :     28 tahun
Jenis Kelamin        :     Perempuan
Alamat                  :     Bayat
Diagnosa Medis    :     Skizofrenia
Tanggal masuk      :     12 Agustus 2017
No. Register          :     02XXXX

B.     ALASAN MASUK
2 hari sebelum masuk RS dirumah klien marah-marah, ngamuk-ngamuk sampai memukul ibunya, klien terlihat bingung dan melempar barang-barang dirumah, lalu keluarga mengurung paisen di kamar hingga keluarga memutuskan membawa pasien ke rumah sakit jiwa DR. RM SOEDJARWADI.
C.    FAKTOR PREDISPOSIS
Stress : perpisahan dengan suaminya, dari situ klien mulai terlihat marah-marah

D.    DATA FOKUS
a.      Pre- ECT
DS :
-       Klien mengatakan takut mau diECT
DO :
 -     Klien tampak bingung, gelisah, dan menangis
-            Klien tampak cemas sebelum masuk ruang ECT.
b.      Intra ECT
DS : -
DO :
          -    terpasang gudel
-          kesadaran : somnolent, GCS  : E3V3M4,, SP02 98%, TD : 110/80 mmHg, Nadi 80x/mnt, RR 22x/mnt, Suhu : 36,0C, Spo2 99 %
-          terdapat sedikitsekret di mulut.
c.       Post ECT
1.      DS :
     -        Klien mengatakan badannya lemas dan tidak kuat jalan setelah dilakukan ECT,
DO : -  Klien tampak lemah, lemas.
-    Klien tampak bingung, gelisah.
-    Mata tampak merah

         E.       ANALISA DATA

Tgl/jam
Data focus
Problem
Etiologi
5 -09-2017
Jam 09.15
Pre ECT
DS :
-       Klien mengatakan takut mau disuntik
DO : 
-        Klien tampak bingung, gelisah, dan terkadang bicara sendiri
-        Klien tampak cemas sebelum masuk ruang ECT.



Intra ECT
1.      DS : -
DO :
-        Terpasang gudel
-        Terdapat sedikit sekret di mulut.
-        kesadaran: somnolent, GCS E3V3M4, SP02 98%, TD : 110/80, Nadi 80x/mnt, RR 22x/mnt, Suhu : 36,0C,

Post ECT
1.  DS :
-            Klien mengatakan badannya lemas dan tidak kuat jalan setelah dilakukan ECT,
DO :
-               Klien tampak lemah di atas tempat tidur
-               Klien tampak bingung, gelisah, , lemas, dan mata tampak merah
Cemas










Resiko Aspirasi








Resiko jatuh
Penatalaksanaan ECT









Efek anastesi










Post ECT


F.     DIAGNOSA KEPERAWATAN
            1.      Pre ECT :
Ø  Cemas berhubungan dengan  penatalaksanaan ECT
            2.      Intra ECT
Ø  Resiko Aspirasi berhubungan dengan efek anastesi.
            3.      Post ECT
Ø  Resiko jatuh berhubungan dengan post ECT



G.    PATOFISIOLOGI
Penyebab gangguan jiwa senantiasa dipikirkan dari sisi organobiologik, sosiokultural dan psikoedukatif.Dari sisi biologik dikatakan adanya gangguan pada neurotransmiter norefinefrin, serotonin dan dopamin.Ketidakseimbangan kimiawi otak yang bertugas menjadi penerus komunikasi antar serabut saraf membuat tubuh menerima komunikasi secara salah dalam pikiran, perasaan dan perilaku.Karena itu pada terapi farmakologik maka terapinya adalah memperbaiki kerja neurotransmitter norefinefrin, serotonine dan dopamin.

Berbagai faktor psikologik memainkan peran terjadinya gangguan depresif.Kebanyakan gangguan depresif karena faktor psikologik terjadi pada gangguan depresif ringan dan sedang, terutama gangguan depresif reaktif.Gangguan depresif reaktif biasanya didiagnosis sebagai gangguan penyesuaian diri selama masa pengobatan.

Mereka dengan rasa percaya diri rendah, senantiasa melihat dirinya dan dunia luar dengan penilaian pesimistik. Jika mereka mengalami stres besar, mereka cenderung akan mengalami gangguan depresif. Para psikolog menyatakan bahwa mereka yang mengalami gangguan depresif mempunyai riwayat pembelajaran depresi dalam pertumbuhan perkembangan dirinya.Mereka belajar seperti model yang mereka tiru dalam keluarga, ketika menghadapi masalah psikologik maka respon mereka meniru perasaan, pikiran dan perilaku gangguan depresif. 

Orang belajar dengan proses adaptif dan maladaptif ketika menghadapi stres kehidupan dalam kehidupannya di keluarga, sekolah, sosial dan lingkungan kerjanya. Faktor lingkungan mempengaruhi perkembangan psikologik dan usaha seseorang mengatasi masalah.Faktor pembelajaran sosial juga menerangkan kepada kita mengapa masalah psikologik kejadiannya lebih sering muncul pada anggota keluarga dari generasi ke generasi. Jika anak dibesarkan dalam suasana pesimistik, dimana dorongan untuk keberhasilan jarang atau tidak biasa, maka anak itu akan tumbuh dan berkembang dengan kerentanan tinggi terhadap gangguan depresif.

Menurut Freud, kehilangan obyek cinta, seperti orang yang dicintai, pekerjaan tempatnya berdedikasi, hubungan relasi, harta, sakit terminal, sakit kronis dan krisis dalam keluarga merupakan pemicu episode gangguan depresif. Seringkali kombinasi faktor biologik, psikologik dan lingkungan merupakan campuran yang membuat gangguan depresif muncul.

Selain hal di atas, obat-obat juga dapat mendorong seseorang mengalami gangguan depresif. Obat-obat tersebut seperti yang tertera pada tabel di bawah ini :



Obat-obat yang menginduksi gangguan depresif
Obat kardiovaskular
β-Blocker
Klonidin
Metildopa
Prokainamid
Reserpin
Obat sistem saraf pusat
Barbiturat
Benzodiazepin
Kloral Hidrat
Etanol
Fenitoin
Obat hormonal
Steroid anabolik
Korticosteroid
Estrogen
Progestin
Tamoxifen
Lain-lain
Indometacin
Interferon
Narkotika


 Tanda - Tanda Dan Gejala Klinis :

    1.      Tanda – Tanda
     Tanda gangguan depresif yang melanda jutaan orang di Indonesia setiap tahun, seringkali tidak dikenali.Beberapa orang merasakan perasaan sedih dan murung dalam jangka waktu cukup lama dengan latar belakang yang berbeda-beda. Variasi tanda sangat luas dari satu orang ke orang lain, dari satu waktu ke waktu pada diriseseorang. Gejalanya sering tersamar dalam berbagai keluhan sehingga seringkali tidak disadari juga oleh dokter.

Tanda gangguan depresif itu adalah :
a.    Pola tidur yang abnormal atau sering terbangun termasuk diselingi kegelisahan dan mimpi buruk
b.    Sulit konsentrasi pada setiap kegiatan sehari-hari
c.    Selalu kuatir, mudah tersinggung dan cemas
d.   Aktivitas yang tadinya disenangi menjadi makin lama makin dihentikan
e.    Bangun tidur pagi rasanya malas
     Gangguan depresif membuat seluruh tubuh sakit, juga perasaan dan pikiran. Gangguan depresif mempengaruhi nafsu makan dan pola tidur, cara seseorang merasakan dirinya, berpikir tentang dirinya dan berpikir tentang dunia sekitarnya. Keadaan depresi bukanlah suatu kesedihan yang dapat dengan mudah berakhir, bukan tanda kelemahan dan ketidakberdayaan, bukan pula kemalasan. Mereka yang mengalami gangguan depresif tidak akan tertolong hanya dengan membuat mereka bergembira dengan penghiburan. Tanpa terapi tanda dan gejala tak akan membaik selama berminggu-minggu, berbulan-bulan bahkan bertahun.

2.    Gejala
       Gejala gangguan depresif berbeda-beda dari satu orang ke orang lainnya, dipengaruhi juga oleh beratnya gejala.Gangguan depresif mempengaruhi pola pikir, perasaan dan perilaku seseorang serta kesehatan fisiknya. Gangguan depresif tidak mempunyai simptom fisik yang sama dan pasti pada satu orang dan bervariasi dari satu orang ke orang lain. Keluhan yang banyak ditampilkan adalah sakit, nyeri bagian atau seluruh tubuh, keluhan pada sistem pencernaan.Kebanyakan gejala dikarenakan mereka mengalami stres yang besar, kekuatiran dan kecemasan terkait dengan gangguan depresifnya. Simptom dapat digolongkan dalam kelompok terkait perubahan dalam cara pikir, perasaan dan perilaku.

a.  Perubahan cara berpikir – terganggunya konsentrasi dan pengambilan keputusan membuat seseorang sulit mempertahankan memori jangka pendek, dan terkesan sebagai sering lupa. Pikiran negatif sering menghinggapi pikiran mereka. Mereka menjadi pesimis, percaya diri rendah, dihinggapi perasaan bersalah yang besar, dan mengkritik diri sendiri. Beberapa orang merusak diri sendiri sampai melakukan tindakan bunuh diri atau membunuh orang lain.Perubahan perasaan – merasa sedih, murung, tanpa sebab jelas.

b.   Beberapa orang merasa tak lagi dapat menikmati apa-apa yang dulu disenanginya, dan tak dapat merasakan kesenangan apapun. Motivasi menurun dan menjadi tak peduli dengan apapun. Perasaan seperti berada dibawah titik nadir, merasa lelah sepanjang waktu tanpa bekerja sekalipun. Perasaan mudah tersinggung, mudah marah. Pada keadaan ekstrim khas dengan perasaan tidak berdaya dan putus asa.

c.    Perubahan perilaku – ini merupakan cerminan dari emosi negatif. Mereka menjadi apatis. Menjadi sulit bergaul atau bertemu dengan orang, sehingga menarik diri dari pergaulan. Nafsu makan berubah drastis, lebih banyak makan atau sulit membangkitkan keinginan untuk makan. Seringkali juga sering menangis berlebihan tanpa sebab jelas. Sering mengeluh tentang semua hal, marah dan mengamuk. Minat seks sering menurun sampai hilang, tak lagi mengurus diri, termasuk mengurus hal dasar seperti mandi, meninggalkan tanggung jawab dan kewajiban baik pekerjaan maupun pribadi. Beberapa orang tak dapat tidur, beberapa tidur terus.

d.   Perubahan Kesehatan Fisik – dengan emosi negatif seseorang merasa dirinya tidak sehat fisik selama gangguan depresif. Kelelahan kronis menyebabkan ia lebih senang berada di tempat tidur tak melakukan apapun, mungkin tidur banyak atau tidak dapat tidur. Mereka terbaring atau gelisah bangun ditengah malam dan menatap langit-langit. Keluhan sakit dibanyak bagian tubuh merupakan tanda khas dari gangguan depresif. Gelisah dan tak dapat diam, mondar-mandir sering menyertai. Gejala tersebut berjalan demikian lama, mulai dari beberapa minggu sampai beberapa tahun, dimana perasaan, pikiran dan perilaku berjalan demikian sepanjang waktu setiap hari. Jika gejala ini terasa, terlihat dan teramati, maka sudah waktunya membawanya untuk berobat, sebab gangguan depresif dapat diobati.

        H.        RENCANA /INTERVENSI
Tgl/jam
Diagnosa Keperawatan
Rencana/Intervensi Keperawatan
Tujuan
Kriteria Hasil
Intervensi
Tahap Pre- ECT
5-09-2017 09.15


Cemas berhubungan dengan Penatalaksanaan ECT

Untuk mengurangi kecemasan klien
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan kecemasan klien berkurang
1.   Jelaskan apa yang akan terjadi/prosedur pelaksanaan ECT
2.   Beri penjelasan tentang efek tindakan ECT
3.   Siapkan posisi klien senyaman mungkin
Intra ECT
5-09-2017 09.15




Resiko Aspirasi berhubungan dengan efek anastesi


Untuk menghindari resiko aspirasi




Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien tidak mengalamai aspirasi


1.     Posisikan kepala ekstensi/miring kanan/miring kiri
2.    Pelihara jalan napas
3.    Monitor tingkat kesadaran dan refleks batuk
4.    Monitor saturasi oksigen
5.    Pasang mayotube
Post ECT
Resiko jatuh berhubungan dengan post ECT

Untuk menghindari resiko cedera
Setelah dilakukan tindakan keperawatan diharapkan klien tidak mengalami cedera eksternal post ECT karena penurunan tingkat kesadaran
Dampingi klien selama masa pemulihan hingga klien sadar.







































        I.     IMPLEMENTASI DAN EVALUASI KEPERAWATAN

No Dx
Hari/tgl/Jam
Implementasi
Evaluasi
1.       
Selasa,
05-09-2017

09.30
 Pre ECT
1.      Menjelaskan prosedur pelaksanaan ECT
2.      Memberikan penjelasan tentang efek samping tindakan ECT
3.      Menyiapkan posisi klien senyaman mungkin
4.      Mengajarkan teknik relaksasi napas dalam

S :  Klien mengatakan cemasnya berkurang
O   : Klien masih tampak             takut dan cemas
A  :  Tujuan dari intervensi keperawatan tercapai.
P   :  Perawat :
1.      Pertahankan IntervensiIntra ECT.
Klien :
1.      Bersedia berpartisipasi dalam prosedur ECT.
1
Selasa,
05-09-2017

09 : 40
Intra ECT
1.      Memposisikan kepala klien ekstensi/ miring kiri/ miring kanan
2.      Memberikan klien gudel
3.      Memberikan O2 sesuai kebutuhan klien
4.      Memberikan tindakan ECT
5.      Mengobservasi tingkat kesadaran klien
6.      Mengobservasi TTV
7.      Memonitor saturasi oksigen
S  :
O :
-Tidak ada bunyi stridor
- Tidak ada secret
-TD : 110/ 80 mmHg
-Nadi : 84 x/ menit
-RR : 22 x/ menit
-Suhu :  C
-GCS E3V3M4
- Sp02 99 %
A : Tujuan dari intervensi tercapai
P  : Perawat :
1.      Pertahankan intervensi keperawatan.
Klien :
1.      Anjurkan untuk mengikuti intruksi prosedur.
1
Senin,
07-08-2017

10.00
Post ECT
1.     Mendampingi klien selama masa pemulihan hingga klien sadar
2.     Membantu klien bangun dari tempat tidur
3.     Membantu klien ke ruangan
S  : -
O :
-klien setengah sadar dan berbaring di atas empat tidur
A  :    Tujuan dari intervensi belum tercapai
P  :Perawat
1.      Intervensi dilanjutkan di bangsal.
-Mobilisasi dengan kursi  roda
-Reevaluasi resiko jatuh.
Klien :
1.      Bersedia mengikuti anjuran.


DAFTAR PUSTAKA


Baihagi, MIF. (2007). Psikiatri.Bandung : PT Refika Aditama.

Budi A Keliat. (2009). Model Praktek Keperawatan Profesional Jiwa. Jakarta: EGC.

Dalami, Ermawati dkk (2009).Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan Jiwa. Jakarta : Trans Infa Media.

Depkes RI. (2008). Standar Pedoman Perawatan Jiwa.

Kaplan Sadoch. (2007). Sinopsis Psikiatri Edisi 7. Jakarta: EGC.

Maramis, W.F. (2007). Ilmu Kedokteran Jiwa.Surabaya : Airlangga University Press.

Stuart G W. (2011). Buku Saku Keperawataan Jiwa Edisi 5. Jakarta: EGC.

Townsend M C. (2008Diagnosa Keperawatan Pada Perawatan Psikiatri: Pedoman Untuk Pembuatan Rencana Perawatan. Jakarta: EGC