Menyambut
tahun baru, Sulawesi Selatan akan melakukan hal berbeda dari biasanya.
Sebentar lagi Indonesia
akan menyambut tahun baru, yang tidak bisa lepas dari beberapa tradisi. Seperti
pesta kembang api, trompet, konvoi, begadang, dan konser.
Artinya langit akan
dihiasi dengan kembang api berbagai corak warna, dari yang paling kecil hingga
yang mekar lebar, dari yang harganya puluhan ribu hingga yang harganya jutaan
rupiah.
Terompet akan berbunyi
dengan suara khasnya dimana-mana, bahkan beriiringan dengan suara kendaraan
konvoi di sepanjang jalan. Adapun orang-orang yang senang bermain petasan, akan
menghamburkan petasan miliknya disana-sini dengan berbagai respon dari
orang-orang yang mendengarnya. Ada yang kaget, tertawa, terpukau, dan marah.
Begadang di penyambutan
tahun baru adalah yang paling tidak boleh dilewatkan untuk muda-mudi. Berkumpul
dengan teman-teman sambil bakar-bakar ikan atau ayam, diiringi alunan gitar dan
nyanyi-nyayian.
Untuk menambah
keramaian pergantian tahun, selalu diadakan konser-konser di beberapa daerah
dan kota. Banyak masyarakat yang ikut meramaikan konser-konser tersebut demi
menyaksikan beberapa artis papan atas Nusantaea, dan tidak banyak pula yang
sekadar duduk didepan televis bersama keluarga, menyaksikan konser-konser live
melalui siaran televisi swasta.
Namun, akan ada yang
berbeda dalam pesta penyambutan tahun 2019 di Sulawesi Selatan kali ini.
Setelah pada tanggal 26 desember, resmi keluarnya surat edaran oleh Pemrov yang
ditandatangani oleh Wakil Gubernur Sul-Sel Andi Sudirman Sulaiman.
Surat yang berisi
himbauan yang antithesis dengan tradisi pesta penyambutan tahun baru biasanya.
Himbauan untuk tidak melakukan konvoi, pesta kembang api dan atau petasan,
maupun panggung hiburan atau konser.
Kabar baiknya, bukan
berarti masyarakat di Sulawesi Selatan tidak dibolehkan melakukan apapun dalam
menyambut tahun baru, malahan sebagai gantinya Pemrov menghimbau melakukan
kegiatan positif, seperti memberikan bantuan sosial terhadap saudara se-tanah
air yang tertimpa musibah bencana tsunami di selat Sunda, atau juga
kegiatan-kegiatan positif lainnya yang lebih bermanfaat.
Bisa dibayangkan
bukan? Pesta penyambutan tahun baru
tanpa kembang api, konvoi, trompet dan petasan. Setidaknya tergambar suasana
yang sepi di Sulawesi Selatan. Dilain sisi, tergambar pula suasana yang lebih
damai dan tenang, Damai melakukan hal-hal positif. Tenang dari suara
letupan-letupan petasan dan kebang api. Tenang dari suara konvoi yang sering
berakhir keributan dan meresahkan masyarakat.
No comments:
Post a Comment