Saturday, December 22, 2018

LAPORAN PENDAHULUAN HIPOGLIKEMIA


A.    KOSEP PENYAKIT
1.      Definisi
Hipoglikemia merupakan  suatu kegagalan  dalam  mencapai  batas normal  kadar  glukosa  darah  (Kedia,2011).
Hipoglikemia merupakan suatukeadaan dimanakadar  glukosa darah <60 mg/dl. Jadi dapat disimpulkan bahwa,hipoglikemia  merupakan kadar glukosa  darah  dibawah  normal  yaitu <60 mg/dl (McNaughton,2011)
Hipoglikemia atau penurunan kadar gula darah merupakan keadaan dimana kadar glukosa darah berada di bawah normal, yang dapat terjadi karena ketidakseimbangan antara makanan yang dimakan, aktivitas fisik dan obat-obatan yang digunakan. Sindrom hipoglikemia ditandai dengan gejala klinis antara lain penderita merasa pusing, lemas, gemetar, pandangan menjadi kabur dan gelap, berkeringat dingin, detak jantung meningkat dan terkadang sampai hilang kesadaran (syok hipoglikemia) (Nabyl, 2009).

2.      Etiologi
Dosis pemberian insulin yang kurang tepat kurangnya asupan karbohidrat karena menunda atau melewatkan makan  konsumsi alkohol, peningkatan pemanfaatan karbohidrat karena  latihan  atau penurunan berat badan (Kedia, 2011).

3.      Manifestasi Klinik
Tanda  dan  gejala  hipoglikemia menurut Setyohadi (2012) antara lain:
a.       Adrenergik  seperti:  pucat,  keringat dingin,  takikardi,  gemetar, lapar, cemas,  gelisah,  sakit  kepala, mengantuk.
b.      Neuroglikopenia  seperti bingung, bicara  tidak jelas, perubahan sikap perilaku, lemah,disorientasi,penurunan kesadaran,kejang, penurunan terhadap stimulus bahaya.
4.      Komplikasi
Komplikasi dari hipoglikemia pada gangguan tingkat kesadaran yang berubah selalu dapat menyebabkan gangguan pernafasan, selain ituhipoglikemia juga dapat mengakibatkan kerusakan otak akut.Hipoglikemia berkepanjangan parahbahkan dapat menyebabkangangguanneuropsikologis sedangsampai dengan gangguan neuropsikologisberatkarenaefek hipoglikemia berkaitan dengan system sarafpusatyang  biasanya ditandai oleh perilaku dan pola bicara yang abnormal (Jevon, 2010) dan menurut Kedia  (2011)  hipoglikemia yang berlangsung lama bias menyebabkan  kerusakan otak yang permanen, hipoglikemia juga dapatmenyebabkankomasampai kematian.

5.      Patofisilogi dan Pathway
Dalam diabetes, hipoglikemia terjadiakibat kelebihan insulin relative ataupun absolute dan juga gangguan pertahanan fisiologis  yaitu penurunan plasma glukosa. Mekanisme pertahanan fisiologis dapat menjaga keseimbangan kadar glukosa darah, baik pada penderita diabetes tipe I ataupun padapenderita diabetes tipe II. Glukosa sendiri  merupakan bahan bakar metabolism yang harus ada untuk otak. Efek hipoglikemia terutama berkaitan dengan system saraf pusat, system pencernaan dan system peredarandarah(Kedia, 2011).
Glukosamerupakanbahanbakar metabolism yang utama untuk otak. Selain itu otak tidak dapat mensintesis glukosa dan hanya menyimpan cadangan glukosa(dalam bentuk glikogen) dalam jumlah yang sangat sedikit. Oleh karena itu, fungsi otak yang normal sangat tergantung pada konsentrasi asupan glukosa dan sirkulasi.  Gangguan glukosa dapat menimbulkan disfungsi sistem saraf pusat sehingga terjadi penurunan suplai glukos ke otak. Karena terjadi penurunan suplai glukosa keotakdapat menyebabkan terjadinya penurunan suplaioksigenke otak sehingga akan menyebabkan pusing, bingung, lemah (Kedia, 2011).
Konsentrasi glukosa darah normal, sekitar 70-110 mg/dL Penurunan konsentrasi glukosa darah akan memicu respon  tubuh, yaitu penurunan kosentrasi insulin secara fisiologis seiring dengan turunnya onsentrasi glukosa darah, peningkatan konsentrasi glucagon dan epineprin sebagai respon neuroendokrin pada kosentrasi  glukosa  darah di bawah batas normal, dan timbulnya gejala- gejala neurologic (autonom) dan penurunan kesadaran pada kosentrasi glukosa  darah  di bawah batas normal (Setyohadi, 2012). Penurunan kesadaran akan mengakibatkan depresan pusat pernapasan sehingga akan mengakibatkan pola nafas tidakefektif (Carpenito, 2007).
Batas kosentrasi glukosa darah berkaitan erat dengan system hormonal, persyarafandanpengaturan produksi glukosa endogen serta penggunaan glukosa oleh organ perifer.Insulin  memegang  peranan utama dalam pengaturan kosentrasi glukosa darah.  Apabila konsentrasi glukosa darah menurun melewati batas bawah konsentrasi normal hormon-hormon konstraregulasi akan melepaskan. Dalam hal ini glucagon yang diproduksi oleh sel α pancreas berperan penting sebagai pertahanan utama terhadap hipoglikemia.  Selanjutnya epinefrin, kortisol dan hormone pertumbuhan juga berperan peningkatkan produksi dan mengurang penggunaan glukosa.Glukagon dan epinefrin merupakan dua hormone yang disekresi  pada  kejadian hipoglikemia akut. Glukagonhanya bekerja dalam hati.  Glukagon mulamula meningkatkan glikogenolisis dan kemudian glukoneogenesis, sehingga terjadi penurunan energy akan menyebabkan ketidakstabilan kadar glukosa darah (Herdman, 2010).
Penurunan kadar glukosa darah juga menyebabkan terjadi penurunan perfusi jaringan perifer, sehingga epineprin juga merangsang lipolysis di jaringan lemak serta proteolysis di otot yang biasanya ditandai dengan berkeringat, gemetaran akral dingin, klien pingsan dan lemah (Setyohadi, 2012).
Pelepasan epinefrin, yang cenderung menyebabkan rasa laparkarenarendahnya kadar glukosa darah akan menyebabkan suplai glukosa kejaringan menurun sehingga masalahkeperawatan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dapat  muncul.(Carpenito, 2007)
  


6.      Penatalaksanaan
a.       Penatalaksanaan Medis
Menurut Kedia (2011), pengobatan hipoglikemia tergantung pada keparahan dari hipoglikemia. Hipoglikemia ringan mudah diobati dengan asupan karbohidrat seperti minumanyangmengandung glukosa, tablet glukosa, atau mengkonsumsi makananrigan.DalamSetyohadi (2011), pada minuman yang mengandung glukosa, dapat diberikan larutan glukosa murni 20- 30 gram (1 ½ -  2 sendok makan). Pada hipoglikemia berat membutuhkan bantuan eksternal, antara lain (Kedia, 2011):
a)      Dekstrosa
Untuk pasien yang tidak mampu menelan glukosa oral karena pingsan kejang, atau  perubahan status mental, pada keadaan darurat dapat pemberian dekstrosa dalam air pada konsentrasi 50% adalah dosis biasanya diberikan kepada orang dewasa, sedangkankonsentrasi 25% biasanya diberikankepada anak-anak.
b)      Glukagon
Sebagai hormone kontra-regulasi utama terhadap insulin, glucagon adalahpengobatanpertama yang dapat dilakukan untuk hipoglikemia berat. Tidak sepertidekstrosa,yang harus diberikansecaraintravenadengan perawatan kesehatanyang berkualitasprofesional, glucagon dapat diberikan olehsubkutan(SC)atau intramuscular (IM)injeksiolehorang tua atau pengasuh terlatih. Halinidapatmencegah keterlambatan dalam memulai pengobatan yangdapatdilakukan secara darurat.


B.     ASUHAN KEPERWATAN
1.      Pengkajian
a.       Pengkajian Primer
1)      Airway
Menilai jalan nafas bebas. Apakah pasien dapat bernafas dengan bebas,ataukah ada secret yang menghalangi jalan nafas. Jika ada obstruksi, lakukan:
a)      Chin lift/ Jaw thrust
b)      Suction
c)      Guedel Airway
d)     Instubasi Trakea
2)      Breathing
Bila jalan nafas tidak memadai, lakukan:
a)      Beri oksigen
b)      Posisikan semi Flower

3)      Circulation
Menilai sirkulasi / peredaran darah:
a)      Cek capillary refill
b)      Pemberian infus
c)      Auskultasi adanya suara nafas tambahan
d)     Segera Berikan Bronkodilator, mukolitik.
e)      Cek Frekuensi Pernafasan
f)       Cek adanya tanda-tanda Sianosis, kegelisahan
g)      Cek tekanan darah
Penilaian ulang ABC diperlukan bila kondisi pasien tidak stabil

4)      Disability
Menilai kesadaran pasien dengan cepat, apakah pasien sadar, hanya respon terhadap nyeri atau sama sekali tidak sadar. Kaji pula tingkat mobilisasi pasien.Posisikan pasien posisi semi fowler, esktensikan kepala, untuk memaksimalkan ventilasi.Segera berikan Oksigen sesuai dengan kebutuhan, atau instruksi  dokter.

b.      Pengkajian Skunder
1)      Full set of vital sign (F)
Berisi pengkajian TTV (TD, nadi, suhu, dan pernafasan).
2)      Give confort measure (G)
Pengkajian nyeri (P, Q, R, S, T).
3)      History and head to toe (H)
a)      History
S : Subjektif (Keluhan utama).
A : Allergies (adakah alergi terhadap makanan atau obat-obatan tertentu).
M : Medication (obat-obatan yang sedang dikonsumsi).
P : Past medical history (riwayat penyakit).
L : Last oral intake (masukan oral terakhir, apakah benda padat atau cair).
E : Even (Riwayat masuk rumah sakit).
b)      Head to toe
1)      Kepala
2)      Leher
3)      Dada
4)      Abdomen
5)      Ekstermitas

2.      Diagnosa Keperawatan
a)   Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas, peningkatan secret
b)   Gangguan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan disfungsi sistem saraf pusat akibat hipoglikemia
c)   Defisit volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik
d)  Penurunan curah jantung berhubungan dengan vasokonstriksi pembuluh darah

3.      Perencanaan Keperawatan

No
Diagnosa Keperawatan
NOC
NIC
1.
Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas, peningkatan secret

Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan jalan napas normal dengan kriteria:
Respiratory status: airway patency
1.   Frekuensi pernapasan dalam batas normal (16-20x/mnt)
2.   Irama pernapasn normal
3.   Kedalaman pernapasan normal
4.   Klien mampu mengeluarkan sputum secara efektif
5.   Tidak ada akumulasi sputum
Airway Management
1.   Auskultasi bunyi nafas tambahan; ronchi, wheezing.
2.   Berikan posisi yang nyaman untuk mengurangi dispnea.
3.   Bersihkan sekret dari mulut dan trakea; lakukan penghisapan sesuai keperluan.
4.   Anjurkan asupan cairan adekuat.
5.   Ajarkan batuk efektif
6.   Kolaborasi pemberian oksigen
7.   Kolaborasi pemberian broncodilator sesuai indikasi.
2.
Gangguan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan disfungsi system saraf pusat akibat hipoglikemia
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan gangguan perfusi jaringan cerebral normal dengan kriteria:
Tissue Prefusion : cerebral
1.   Tingkat kesadaran komposmentis
2.   Disorientasi tempat, waktu, orang secara tepat
3.   TTV dalam batas normal (suhu 35,5ºC – 37,5ºC, nadi 60-100 x/menit, tekanan darah 120/80 mmHg)
Intracranial Pressure (ICP) Monitoring ( Monitor tekanan intrakranial )
1.   Jelaskan kepada pasien tentang tindakan yang akan dilakukan
2.   Pertahankan posisi tirah baring dengan posisi kepala head up
3.   Bantu pasien untuk berkemih, membatasi batuk, muntah, mengejan, anjurkan pasien napas dalam selama pergerakan
4.   Pantau status neurologis dengan teratur
5.   Pantau TTV
3.
Defisit volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan defisit volume cairan teratasi dengan kriteria:
Fluid Balance
1.    TTV stabil (N:60-100 x/menit, TD: 100-140/80-90 mmHg, S: 36,5-370C, RR: 12-20 x/menit),
2.    nadi perifer teraba kuat
3.    turgor kulit baik
4.    CRT < 2 detik
5.    haluaran urine >1500-1700 cc/hari
6.    kadar elektrolit urin dalam batas normal.
Fluid Management
1.   Batasi intake cairan yang mengandung gula dan lemak misalnya cairan dari buah yang manis.
2.   Kolaborasi dalam pemberian terapi cairan 1500-2500 ml dalam batas yang dapat ditoleransi jantung.
3.    Observasi suhu, warna, turgor kulit dan kelembaban, pengisian kapiler dan membran mukosa.
4.   Pantau masukan dan pengeluaran, catat balance cairan
5.   Observasi TTV, catat adanya perubahan TD, Turgor kulit, CRT.
4.
Penurunan curah jantung berhubungan dengan vasokonstriksi pembuluh darah
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 1x24 jam diharapkan penurunan curah jantung normal dengan kriteria:
·         Circulation Status
·         Vital Sign Status
1.      TTV ( TD 120/80 mmHg, Nadi 60-100 x/menit ) dalam batas normal.
2.      Kesadaran Composmentis
3.      CRT < 2 detik.
4.      Sp O2 95-100 %
Vital Sign Monitor
1.   Jelaskan kepada pasien tentang tindakan yang akan dilakukan
2.   Berikan waktu istirahat yang cukup/adekuat.
3.   Berikan pembatasan cairan dan diit natrium sesuai indikasi
4.     Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian terapi diuretik.
5.   Observasi: Nadi ( irama, frekuensi ), Tekanan Darah.

4.    Evaluasi
Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencaan tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara bersinambungan dengan melibatkan klien, keluarga, dan tenaga kesehatan lainnya. (Setiadi, 2012).
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap perencanaan, (Asmadi, 2008).

  


DAFTAR PUSTAKA


Asmadi (2008), Konsep Dasar Keperawatan, Jakarta: EGC.

Carpenito. 2007. Buku Saku  Diagnosa Keperawatan Edisi 6. Jakarta: EGC.

Herdman, Heather. 2010.  Nanda International Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2009-  2011.  Jakarta: EGC.

Kedia, Nitil. 2011. Treatment of Severe Diabetic Hypoglycemia With Glucagon: an Underutilized Therapeutic Approach. Dove Press Journal.

McNaughton, Candace D. 2011. Diabetes in the Emergency Department: Acute Care of Diabetes Patients. Clinical Diabetes.

RA, Nabyl. 2009. Cara mudah Mencegah Dan Mengobati Diabetes Mellitus.Yogyakarta :AuliaPublishing.

Setiadi (2012), Konsep & Penulisan Asuhan Keperawatan, Yogyakarta: Graha Ilmu.

Setyohadi, Bambang. 2011. Kegawatdaruratan Penyakit Dalam. Jakarta: Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam



No comments:

Post a Comment