TUTOR VIII
Deskripsi Pengaturan dan Pengendalian Keseimbangan Asam Basa
dalam Tubuh
Tubuh
menggunakan 3 mekanisme untuk mengendalikan keseimbangan asam-basa darah:
- Kelebihan
asam akan dibuang oleh ginjal, sebagian besar dalam bentuk amonia.
Ginjal memiliki kemampuan untuk mengatur jumlah asam atau basa yang dibuang, yang biasanya berlangsung selama beberapa hari. - Tubuh
menggunakan penyangga pH (buffer) dalam darah sebagai pelindung
terhadap perubahan yang terjadi secara tiba-tiba dalam pH darah. Suatu
penyangga ph bekerja secara kimiawi untuk meminimalkan perubahan pH suatu
larutan.
Penyangga pH yang paling penting dalam darah adalah bikarbonat.
Bikarbonat (suatu komponen basa) berada dalam kesetimbangan dengan karbondioksida (suatu komponen asam).
Jika lebih banyak asam yang masuk ke dalam aliran darah,
maka akan dihasilkan lebih banyak bikarbonat dan lebih sedikit karbondioksida.
Jika lebih banyak basa yang masuk ke dalam aliran darah,
maka akan dihasilkan lebih banyak karbondioksida dan lebih sedikit bikarbonat.
- Pembuangan
karbondioksida.
Karbondioksida adalah hasil tambahan penting dari metabolisme oksigen dan terus menerus yang dihasilkan oleh sel. Darah membawa karbondioksida ke paru-paru dan di paru-paru karbondioksida tersebut dikeluarkan (dihembuskan).
pusat pernafasan di otak mengatur jumlah karbondioksida
yang dihembuskan dengan mengendalikan kecepatan dan kedalaman pernafasan. Jika
pernafasan meningkat, kadar karbon dioksida darah menurun dan darah menjadi
lebih basa. Jika pernafasan menurun, kadar karbondioksida darah meningkat dan
darah menjadi lebih asam.
Dengan mengatur kecepatan dan kedalaman pernafasan, maka pusat pernafasan dan paru-paru mampu mengatur pH darah menit demi menit.
Dengan mengatur kecepatan dan kedalaman pernafasan, maka pusat pernafasan dan paru-paru mampu mengatur pH darah menit demi menit.
Dampak dari Gangguan Keseimbangan Asam Basa dalam Tubuh
Adanya kelainan
pada satu atau lebih mekanisme pengendalian ph tersebut, bisa menyebabkan salah
satu dari 2 kelainan utama dalam keseimbangan asam basa, yaitu asidosis
atau alkalosis.
Asidosis adalah suatu
keadaan pada saat darah terlalu banyak mengandung asam (atau terlalu sedikit
mengandung basa) dan sering menyebabkan menurunnya pH darah.
Alkalosis adalah suatu keadaan pada saat darah terlalu banyak mengandung basa (atau terlalu sedikit mengandung asam) dan kadang menyebabkan meningkatnya pH darah.
Asidosis
dan alkalosis bukan merupakan suatu penyakit tetapi lebih merupakan suatu
akibat dari sejumlah penyakit.
Terjadinya
asidosis dan alkalosis merupakan petunjuk penting dari adanya masalah
metabolisme yang serius.
Asidosis
dan alkalosis dikelompokkan menjadi metabolik atau respiratorik,
tergantung kepada penyebab utamanya.
Asidosis
metabolik dan alkalosis metabolik disebabkan oleh ketidakseimbangan dalam
pembentukan dan pembuangan asam atau basa oleh ginjal.
Asidosis
respiratorik atau alkalosis respiratorik terutama disebabkan oleh penyakit
paru-paru atau kelainan pernafasan.
Tentang Asidosis Metabolik, Alkalosis Metabolik, Asidosis Respiratorik,
Alkalosis Respiratorik dan Penyebabnya.
Asidosis Respiratorik
Asidosis
Respiratorik adalah keasaman darah yang berlebihan karena penumpukan karbondioksida
dalam darah sebagai akibat dari fungsi paru-paru yang buruk atau pernafasan
yang lambat.
Kecepatan dan
kedalaman pernafasan mengendalikan jumlah karbondioksida dalam darah.
Dalam keadaan normal, jika terkumpul karbondioksida, pH darah akan turun dan darah menjadi asam.
Dalam keadaan normal, jika terkumpul karbondioksida, pH darah akan turun dan darah menjadi asam.
Tingginya kadar
karbondioksida dalam darah merangsang otak yang mengatur pernafasan, sehingga
pernafasan menjadi lebih cepat dan lebih dalam.
Penyebab :
Asidosis
respiratorik terjadi jika paru-paru tidak dapat mengeluarkan karbondioksida secara
adekuat.
Hal ini dapat
terjadi pada penyakit-penyakit berat yang mempengaruhi paru-paru, seperti:
- Emfisema
- Bronkitis kronis
- Pneumonia berat
- Edema pulmoner
- Asma.
- Emfisema
- Bronkitis kronis
- Pneumonia berat
- Edema pulmoner
- Asma.
Asidosis
respiratorik dapat juga terjadi bila penyakit-penyakit dari saraf atau otot
dada menyebabkan gangguan terhadap mekanisme pernafasan.
Selain itu, seseorang dapat mengalami asidosis respiratorik akibat narkotika dan obat tidur yang kuat, yang menekan pernafasan.
Selain itu, seseorang dapat mengalami asidosis respiratorik akibat narkotika dan obat tidur yang kuat, yang menekan pernafasan.
Asidosis
Metabolik
Asidosis
Metabolik adalah keasaman darah yang berlebihan, yang ditandai dengan rendahnya
kadar bikarbonat dalam darah.
Bila
peningkatan keasaman melampaui sistem penyangga pH, darah akan benar-benar
menjadi asam.
Seiring dengan
menurunnya pH darah, pernafasan menjadi lebih dalam dan lebih cepat sebagai usaha
tubuh untuk menurunkan kelebihan asam dalam darah dengan cara menurunkan jumlah
karbon dioksida.
Pada akhirnya,
ginjal juga berusaha mengkompensasi keadaan tersebut dengan cara mengeluarkan
lebih banyak asam dalam air kemih.
Tetapi kedua
mekanisme tersebut bisa terlampaui jika tubuh terus menerus menghasilkan
terlalu banyak asam, sehingga terjadi asidosis berat dan berakhir dengan
keadaan koma.
Penyebab :
Penyebab
asidosis metabolik dapat dikelompokkan kedalam 3 kelompok utama:
- Jumlah
asam dalam tubuh dapat meningkat jika mengkonsumsi suatu asam atau suatu
bahan yang diubah menjadi asam.
Sebagian besar bahan yang menyebabkan asidosis bila dimakan dianggap beracun.
Contohnya adalah metanol (alkohol kayu) dan zat anti beku (etilen glikol).
Overdosis aspirin pun dapat menyebabkan asidosis metabolik. - Tubuh
dapat menghasilkan asam yang lebih banyak melalui metabolisme.
Tubuh dapat menghasilkan asam yang berlebihan sebagai suatu akibat dari beberapa penyakit; salah satu di antaranya adalah diabetes melitus tipe I.
Jika diabetes tidak terkendali dengan baik, tubuh akan memecah lemak dan menghasilkan asam yang disebut keton.
Asam yang berlebihan juga ditemukan pada syok stadium lanjut, dimana asam laktat dibentuk dari metabolisme gula. - Asidosis
metabolik bisa terjadi jika ginjal tidak mampu untuk membuang asam dalam
jumlah yang semestinya.
Bahkan jumlah asam yang normal pun bisa menyebabkan asidosis jika ginjal tidak berfungsi secara normal.
Kelainan fungsi ginjal ini dikenal sebagai asidosis tubulus renalis (ATR) atau rhenal tubular acidosis (RTA), yang bisa terjadi pada penderita gagal ginjal atau penderita kelainan yang mempengaruhi kemampuan ginjal untuk membuang asam.
Penyebab utama
dari asidois metabolik:
Gagal ginjal, asidosis tubulus renalis (kelainan bentuk ginjal), ketoasidosis diabetikum , asidosis laktat (bertambahnya asam laktat) , bahan beracun
seperti etilen glikol, overdosis salisilat, metanol, paraldehid, asetazolamid
atau amonium klorida , kehilangan basa (misalnya bikarbonat)
melalui saluran pencernaan karena diare, ileostomi atau kolostomi.
Alkalosis
Respiratorik adalah suatu keadaan dimana darah menjadi basa karena pernafasan
yang cepat dan dalam, sehingga menyebabkan kadar karbondioksida dalam
darah menjadi rendah.
Penyebab :
Pernafasan yang
cepat dan dalam disebut hiperventilasi, yang menyebabkan terlalu
banyaknya jumlah karbondioksida yang dikeluarkan dari aliran darah.
Penyebab
hiperventilasi yang paling sering ditemukan adalah kecemasan.
Penyebab lain
dari alkalosis respiratorik adalah:
- rasa nyeri
- sirosis hati
- kadar oksigen darah yang rendah
- demam
- overdosis aspirin.
- rasa nyeri
- sirosis hati
- kadar oksigen darah yang rendah
- demam
- overdosis aspirin.
Pengobatan :
Biasanya
satu-satunya pengobatan yang dibutuhkan adalah memperlambat pernafasan.
Jika penyebabnya adalah kecemasan, memperlambat pernafasan bisa meredakan penyakit ini. Jika penyebabnya adalah rasa nyeri, diberikan obat pereda nyeri.
Jika penyebabnya adalah kecemasan, memperlambat pernafasan bisa meredakan penyakit ini. Jika penyebabnya adalah rasa nyeri, diberikan obat pereda nyeri.
Menghembuskan
nafas dalam kantung kertas (bukan kantung plastik) bisa membantu meningkatkan
kadar karbondioksida setelah penderita menghirup kembali karbondioksida yang
dihembuskannya.
Pilihan lainnya
adalah mengajarkan penderita untuk menahan nafasnya selama mungkin, kemudian
menarik nafas dangkal dan menahan kembali nafasnya selama mungkin. Hal ini
dilakukan berulang dalam satu rangkaian sebanyak 6-10 kali.
Jika kadar
karbondioksida meningkat, gejala hiperventilasi akan membaik, sehingga
mengurangi kecemasan penderita dan menghentikan serangan alkalosis
respiratorik.
Alkalosis
Metabolik adalah suatu keadaan dimana darah dalam keadaan basa karena tingginya
kadar bikarbonat.
Penyebab :
Alkalosis
metabolik terjadi jika tubuh kehilangan terlalu banyak asam.
Sebagai contoh adalah kehilangan sejumlah asam lambung selama periode muntah yang berkepanjangan atau bila asam lambung disedot dengan selang lambung (seperti yang kadang-kadang dilakukan di rumah sakit, terutama setelah pembedahan perut).
Sebagai contoh adalah kehilangan sejumlah asam lambung selama periode muntah yang berkepanjangan atau bila asam lambung disedot dengan selang lambung (seperti yang kadang-kadang dilakukan di rumah sakit, terutama setelah pembedahan perut).
Pada kasus yang
jarang, alkalosis metabolik terjadi pada seseorang yang mengkonsumsi terlalu
banyak basa dari bahan-bahan seperti soda bikarbonat.
Selain itu,
alkalosis metabolik dapat terjadi bila kehilangan natrium atau kalium dalam
jumlah yang banyak mempengaruhi kemampuan ginjal dalam mengendalikan
keseimbangan asam basa darah.
Penyebab utama
akalosis metabolik:
1. Penggunaan
diuretik (tiazid, furosemid, asam etakrinat)
2. Kehilangan
asam karena muntah atau pengosongan lambung
3. Kelenjar
adrenal yang terlalu aktif (sindroma Cushing atau akibat penggunaan
kortikosteroid).
Gangguan Tentang Gangguan Primer dan Kompensasi dari Ketidak
Seimbangan Asam Basa
Kompensasi
- Sistem pernapasan akan menghasilkan hiper atau hipoventilasi yang mengubah kadar pCO2 untuk mengatasi gangguan metabolik primer.
- Ginjal akan menahan atau membuang kadar H atau bikarbonat untuk mengatasi gangguan respiratorik primer
Kompensansi
Tindakan
Independen Seorang Perawat, yang dapat
Dilakukan pada Pasien Gangguan Keseimbangan Asam Basa.
Asidosis
Metabolik
Tindakan
Independen
1. Monitor tekanan darah, frekwensi nadi / ritme
2.Kaji tingkat kesadaran dan catat perubahan progresif, kondisi neuromuskuler misalnya : kekuatan, tonus otot, pergerakan.
3. Bila terjadi koma, lakukan : tempat tidur direndahkan, gunakan penghalang tempat tidur, observasi yang sering.
4. Observasi respirasi mengenai jumlah dan kedalamannya.
5. Kaji temperatur kulit : warna dan perfusi jaringan
6. Auskultasi bunyi bising usus
7. Monitor intake dan out put serta berat badan setiap hari
8. Tes atau monitor PH urine
9. Jaga kebersihan mulut dengan kumur cairan sodium bikarbona, lemon atau boraks gliserin
Alkalosis Metabolik
Tindakan Independen
1. Monitor jumlah pernafasan, ritme dan kedalamannya
2. Monitor jumlah nadi dan ritmenya
3. Monitor intake dan out put serta berat badan tiap hari
4. Batasi intake oral dan kurangi stimulus lingkungan, lakukan suction secara intermiten bila terpasang NGT, irigasi/bilas lambung dengan cairan isotonik
5. Anjurkan intak cairan dan makanan tinggi potasium dan kalsium sedapat mungkin (tergantung pada tingkat kalsium dan potasium dalam darah), contohnya : buah anggur dan buah apel, pisang, Cauli flower (kembang kol), buah kering (manisan), kolang-kaling, biji gandum.
6. Lanjutkan pemberian terapi diuretik secara teratur, contoh lasik, etherynic acid.
7. Instruksikan pasien untuk mencegah hilangnya, sejumlah bikarbonat (anjurkan pasien untuk minum susu)
Asidosis Respiratori
Tindakan Independen
1. Monitor jumlah pernafasan, kedalaman dan kesulitan pasien bernafas (cuping hidung)
2. Auskultasi suara nafas
3. Kaji penurunan tingkat kesadaran
4. Monitor denyut nadi dan ritmenya
5. Catat warna kulit dan kelembabannya
6. Anurkan pasien untuk batuk dan nafas dalam, tempatkan pada posisi semifowler, lakukan suction jika perlu, berikan nafas tambahan/oksigen sesuai indikasi
1. Monitor tekanan darah, frekwensi nadi / ritme
2.Kaji tingkat kesadaran dan catat perubahan progresif, kondisi neuromuskuler misalnya : kekuatan, tonus otot, pergerakan.
3. Bila terjadi koma, lakukan : tempat tidur direndahkan, gunakan penghalang tempat tidur, observasi yang sering.
4. Observasi respirasi mengenai jumlah dan kedalamannya.
5. Kaji temperatur kulit : warna dan perfusi jaringan
6. Auskultasi bunyi bising usus
7. Monitor intake dan out put serta berat badan setiap hari
8. Tes atau monitor PH urine
9. Jaga kebersihan mulut dengan kumur cairan sodium bikarbona, lemon atau boraks gliserin
Alkalosis Metabolik
Tindakan Independen
1. Monitor jumlah pernafasan, ritme dan kedalamannya
2. Monitor jumlah nadi dan ritmenya
3. Monitor intake dan out put serta berat badan tiap hari
4. Batasi intake oral dan kurangi stimulus lingkungan, lakukan suction secara intermiten bila terpasang NGT, irigasi/bilas lambung dengan cairan isotonik
5. Anjurkan intak cairan dan makanan tinggi potasium dan kalsium sedapat mungkin (tergantung pada tingkat kalsium dan potasium dalam darah), contohnya : buah anggur dan buah apel, pisang, Cauli flower (kembang kol), buah kering (manisan), kolang-kaling, biji gandum.
6. Lanjutkan pemberian terapi diuretik secara teratur, contoh lasik, etherynic acid.
7. Instruksikan pasien untuk mencegah hilangnya, sejumlah bikarbonat (anjurkan pasien untuk minum susu)
Asidosis Respiratori
Tindakan Independen
1. Monitor jumlah pernafasan, kedalaman dan kesulitan pasien bernafas (cuping hidung)
2. Auskultasi suara nafas
3. Kaji penurunan tingkat kesadaran
4. Monitor denyut nadi dan ritmenya
5. Catat warna kulit dan kelembabannya
6. Anurkan pasien untuk batuk dan nafas dalam, tempatkan pada posisi semifowler, lakukan suction jika perlu, berikan nafas tambahan/oksigen sesuai indikasi
Alkalosis Respiratori
Tindakan Independen
1. Monitor jumlah pernafasan, kedalaman dan usahanya/kesulitan pasien bernafas (cuping hidung dll)
2. Pastikan penyebab hiperventilasi jika mungkin seperti kecemasan, nyeri
3. kaji tingkat kesadaran dan catat status neuromuskuler
4. Ajarkan pasien cara bernafas yang benar dan bantu pasien jika mengguanakan alat bantu pernafasan, misalnya masker
5. Bantu Pasien untuk bersikap tenang
6. Berikan pengaman bila perlu, misal tempat tidur direndahkan, penghalang tempat tidur dan observasi yang sering
Tindakan Independen
1. Monitor jumlah pernafasan, kedalaman dan usahanya/kesulitan pasien bernafas (cuping hidung dll)
2. Pastikan penyebab hiperventilasi jika mungkin seperti kecemasan, nyeri
3. kaji tingkat kesadaran dan catat status neuromuskuler
4. Ajarkan pasien cara bernafas yang benar dan bantu pasien jika mengguanakan alat bantu pernafasan, misalnya masker
5. Bantu Pasien untuk bersikap tenang
6. Berikan pengaman bila perlu, misal tempat tidur direndahkan, penghalang tempat tidur dan observasi yang sering
No comments:
Post a Comment