Inovasi untuk Memudahkan Proses Mobilisasi Pasien
Sharing tentang stase
yang paling tidak bisa saya lupakan di masa praktek profesi Ners adalah stase
Gadar (Gawat Darurat). Betapa tidak, di stase ini saya mendapat pengalaman
berharga. Pengalaman mencari cara atau membuat sebuah alat untuk lebih
memudahkan suatu tindakan keperawatan di ruangan. Di stase ini, saya dan teman
kelompok (yang terbagi dua) di tugaskan di ruang ICU (Intensive Care Unit) Rumah sakit Ungaran.
Pusing pastinya mencari
ide. Kepala dipenuhi dengan pertanyaan-pertanyaan dasar. Apa yang dibutuhkan
ruang ICU agar memudahkan tindakan para perawat? Alat apa yang musti di buat?
Sementara, disetiap dinas kami tidak melihat perawat senior kesulitan melakukan
tindakan ini dan itu.
Banyak termenung di
sela-sela dinas. Berfikir agar kami tidak kalah oleh waktu yang kian menghimpit.
Bahkan ada beberapa teman yang putus asa dan pasrah terhadap kebuntuan yang
kelompok kami hadapi. Sayapun begitu dihampiri rasa putus asa hingga meminta
pembimbing akademik untuk memberikan toleransi atau konpensasi penggantian
tugas. Entah itu tugas tambahan menulis laporan atau apapun itu, asal bisa
mengisi nilai tugas kami.
Tetapi pembimbing
akdemik menolak, kami harus segera menemukan ide dan membuat alatnya. Atau kami
sekelompk harus menunda wisuda tahun depan.
Kembali ke ruang ICU,
kami dengan tulang belakang membungkuk melakukan kajian tanpa semangat. Seperti
kami sekelompok sedang membuang-buang waktu untuk berpikir, atau seperti
berpikir menemukan ide itu adalah hal mustahil dan kurang kerjaan saja.
H minus 6, datanglah
pasien obesitas dari UGD dengan kondisi penurunan kesadaran. GCS 8. Memindahkan
pasien dari brankar ke tempat tidur amatlah sulit, harus menggunakan enam
tenaga perawat. Itupun bukan mengangkat pasien, tetapi dengan bantuan sprei
tempat tidur, yang di angkat dan ditarik dari brankar ke tempat tidur ICU.
Ada ide yang muncul
saat itu, hanya saja masih abstak. Belum ada bentuk ideal untuk membuat alat
yang memudahkan memindahkan pasien dari brankar ke tempat tidur. Saya sampaikan
kepada teman-teman soal itu, meski senang, tetapi mereka juga tidak punya ide.
Ide itu muncul dari
kelompok lain. Kelompok yang di ketuai oleh sobatku sendiri. Ia mengusul untuk
membuat alat yang tergambar di kepalanya. Papan geser, begitu ia menamainya. Dengan
menggunakan papan yang ringan dan dibalut oleh kain licin, yang nantinya
bekerja seperti katrol.
Ketika ide itu,
dipromoikan dalam sesi kunjungan pembimbing ke rumah sakit, kelompok itu
langsung mendapat ijin untuk segera dibuat lalu di demonstrasikan. Berikut
demonya dalam video.
Alat itu bekerja,
setidaknya tidak mengharuskan perawat untuk melepas sprei lagi. Tidak juga
membutuhkan tenaga ektra untuk mendorong atau menarik karena alatnya mudah
bergerak.
Pada sesi presentasi di depan pembimbing akademik dan lahan, serta kepala ruangan ICU, alhamdulillah mendapat apresiasi berupa penyemangat kedepannya untuk lebih mengembangkan alatnya. Adapun kritikan seperti tekhnik membalikkan pasien utamanya pada trauma tulang belakang harus menjadi pekerjaan rumah, agar bisa digunakan pada pasien-pasien fraktur tulang belakang.
Pada sesi presentasi di depan pembimbing akademik dan lahan, serta kepala ruangan ICU, alhamdulillah mendapat apresiasi berupa penyemangat kedepannya untuk lebih mengembangkan alatnya. Adapun kritikan seperti tekhnik membalikkan pasien utamanya pada trauma tulang belakang harus menjadi pekerjaan rumah, agar bisa digunakan pada pasien-pasien fraktur tulang belakang.
Lalu bagaimana dengan kelompok
yang saya naungi? Selengkapnya pada artikel selanjutnya.
Semoga bermanfaat.
No comments:
Post a Comment