A. Konsep Gangguan Kebutuhan Dasar Penyembuhan
Luka
1. Pengertian
Luka adalah rusaknya struktur dan fungsi anatomis kulit
normal akibat proses patalogis yang berasaldari internal
daneksternaldanmengenai organ tertentu (Lazarus,et al., 1994 dalam Potter &
Perry, 2006). Luka adalah kerusakan kontinyuitas kulit, mukosa membran dan tulang atau
organ tubuh yang lain. Ketika luka timbul,
beberapa efek akan muncul seperti hilangnya seluruh atau sebagian fungsi organ, respon
stress simpatis, perdarahan dan pembekuan darah, kontaminasi bakteri, dan kematian sel
(Kozier, 1995).
2. Etiologi
Luka
terjadi karena rusaknya struktur danfungsi anatomi normal akibat proses
patologis yang berasal dari internal maupun eksternal dan mengenai organ
tertentu. Efek yang akan muncul ketika timbul luka antara lain adalah hilangnya
seluruh atau sebagian fungsi organ,perdarahan dan pembekuan darah,
kontaminasi bakteri serta kematian sel. Luka yang tidak sembuh dalam waktu yang
lama dikhawatirkan mengalami komplikasi (Setyarini EA et.al.,2013).
a.
Faktor yang
mempengaruhi terjadinya luka
1.
Mekanik contohnya trauma benda Tumpul, benda tajam, senjata api dan
bahan peledak
2.
Fisik contohnya Karena Paparan Suhu, Panas, dingin, dan aliran Listrik
3.
Kimia contohnya paparan zat Asam dan Basa.
b. Penyebab kerusakan kulit :
1.
Imobilitas
: rendahnya aktifitas (duduk dan berbaring terlalu lama,paralisis)
2.
Nutrisi
tidak adekuat (kurus, ketidakcukupan protein)
3.
Tingkat
hidrasi (kelebihan dan kekurangan volum cairan)
4.
Kelembapan
lingkungan (urin, feses)
5.
Kerusakan
mental
6.
Penambahan
usia
7.
Kerusakan
imun (SLE< AIDS)
8.
Cancer
atau neoplasma
3. Patofisiologi
Didefinisikan
sebagai kerusakan pada bagian tubuh yang disebabkan oleh kekuatan mekanis.
Beberapa pasal memiliki definisi tersendiri tentang luka, berdasarkan
kerusakan yang terjadi. Hal
ini termasuk kerusakan
pada organ-organ
dalam. Pasal lain
jugamenyebutkan tentang derajat
luka, tidak berdasarkan
bentuknya namun
berdasarkanakibatnya yang dapat membahayakan nyawa korban.
a. Mekanisme
luka
Tubuh biasanya
mengabsorbsi kekuatan baik
dari elastisitas jaringan
atau\kekuatan
rangka. Intensitas tekanan mengikuti hukum fisika. Hukum fisika yang
terkenal dimana kekuatan = ½ masa x kecepatan. Sebagai contoh, 1 kg batu bata
ditekankan kekepala tidak akan menyebabkan luka, namun batu bata yang sama
dilemparkan ke kepala dengan kecepatan 10 m/s menyebabkan perlukaan.
Faktor
lain yang penting adalah daerah yang mendapatkan kekuatan. kekuatan dari masa
dan kecepatan yang
sama yang terjadi
pada dareah yang
lebih kecil menyebabkan pukulan
yang lebih besar pada jaringan. Pada luka tusuk, semua energikinetik
terkonsentrasi pada ujung pisau sehingga terjadi perlukaaan, sementara
dengan energi yang sama pada pukulan oleh karena tongkat pemukul kriket mungkin
bahkan tidak menimbulkan memar. Efek dari kekuatan mekanis yang berlebih pada
jaringan tubuh dan menyebabkan penekanan, penarikan, perputaran, luka iris.
Kerusakan yang terjadi tergantung tidakhanya
pada jenis penyebab
mekanisnya tetapi juga
target jaringannya. Contohnya, kekerasan penekanan pada ledakan
mungkin hanya sedikit perlukaan pada otot namun dapat menyebabkan ruptur paru
atau intestinal, sementara pada torsi mungkin tidak memberikan efek pada
jaringan adiposa namun menyebabkan fraktur spiral pada femur.
b.
Mekanismelukaberdasarkanjenisnya
1.
Luka insisi (Incised
wounds), terjadi karena teriris oleh instrumen yang tajam. Misalyang terjadi
akibat pembedahan. Luka bersih (aseptik) biasanya tertutup oleh
sutura setelah seluruh pembuluh darah yang luka diikat (Ligasi).
2.
Luka memar (Contusion
Wound), terjadi akibat benturan oleh suatu tekanan dandikarakteristikkan oleh
cedera pada jaringan lunak, perdarahan dan bengkak.
3.
Luka lecet (Abraded
Wound), terjadi akibat kulit bergesekan dengan benda lain yang biasanya dengan
benda yang tidak tajam.
4.
Luka tusuk (Punctured
Wound), terjadi akibat adanya benda, seperti peluru atau pisauyang masuk
kedalam kulit dengan diameter yang kecil.
5.
Luka gores (Lacerated
Wound), terjadi akibat benda yang tajam seperti oleh kaca atauoleh kawat.
6.
Luka tembus
(Penetrating Wound), yaitu luka yang menembus organ tubuh biasanyapada bagian
awal luka masuk diameternya kecil tetapi pada bagian ujung biasanyalukanya akan
melebar.
7.
Luka Bakar (Combustio).
*
Decubitus/luka tekan : karena proses tertekan yang lama di area tertentu bagian
tubuh. Tekanan tersebutmenyebakan gangguan sirkulasi, memperberat nekrosis,
timbulnya lecet kemerahan.
Ø Luka
stasis vena = biasanya di ekstremitas bawah. Merupakan respon local hipoksia
yang dialamioleh bagian tubuh tertentu
Ø Luka
diabetik + pasien dg dekubitus
4. Manifestasiklinis
Apabila
seseorang terkena luka maka dapat terjadi gejala setempat (local) dan gejala
umum (mengenai seluruh tubuh)
1.
Gejala Local
a. Nyeri
terjadi karena kerusakan ujung-ujung saraf sensoris. Intensitas atau derajat
rasa nyeri berbeda-beda tergantung pada berat / luas kerusakan ujung-ujung
saraf dan lokasi luka.
b. Perdarahan,
hebatnya perdarahan tergantung pada Lokasi luka, jenis pembuluh darah
yang rusak.
c. Diastase
yaitu luka yang menganga atau tepinya saling melebar
d. Ganguan
fungsi, fungdi anggota badan akan terganggu baik oleh karena rasa nyeri atau
kerusakan tendon.
2.
Gejala umum
Gejala/tanda
umum pada perlukaan dapat terjadi akibat penyuli/komplikasi yang terjadi
seperti syok akibat nyeri dan atau perdarahan yang hebat.
5.
Pemeriksaan Diagnostik
Pada
kasus vulnus diagnosis pertama dilakukan secara teliti untuk memastikan apakah
ada pendarahan yang harus dihentikan. Kemudian ditentukan jenis trauma apakah
trauma tajam atau trauma tumpul, banyaknnya kematian jaringan, besarnya
kontaminasi dan berat jaringan luka. Pemeriksaan lainnya dengan pemeriksaan
laboratorium darah.(Mardiono, 2011).
6.
Penatalaksanaanmedis
Merupakan
tindakan untuk merawat luka dan
melakukan pembalutan. Hal ini bertujuan untuk mencegah infeksi silang (masuk
melalui luka) dan mempercepat proses penyembuhan luka.Penatalaksanaan perawatan
luka Post Operasi Vulnus/Luka menurut Nurdin (2014), adalah sebagai berikut:
a.
Perawatan luka basah
Balutan basah kering adalah tindakan pilihan untuk luka yang memerlukan pengangkatan benda asing atau jaringan
yang mati atau berdekatan dengan lesi akibat trauma
atau infeksi sampai sekeliling jaringan yang sehat.
b.
Perawatan luka kering
Balut kering melindungil uka dengan drainase minimal
darikontaminasi mikroorganisme. Balutan dapat hanya berupa bantalan kasa yang
tidak melekat kejaringan luka dan menyebabkan iritasi yang
sangat kecil. Atau dapat menjadi bantalan telfa yang
juga tidak melekat pada insisi atau lubang luka tetapi memungkinkan drainase melalui permukaan
yang tidak melekat dibawah kasa lembut.
7.
KonsepPenyembuhan
Luka
Penyembuhan
luka adalah prosespenggantian dan perbaikan fungsi jaringan yangrusak.
Sifatpenyembuhan pada semua lukaadalah sama dengan variasi bergantung
padalokasi, keparahan dan luas cidera (Hardjito Ket.al.,
2012).Penyembuhan luka adalah proses komplek dan dinamis dalam proses perbaikan
jaringan secaraanatomi dan fungsinya. Penyembuhan luka ibarat proses membangun
rumah. Bahan untuk membuatnya haruscukup, seperti nutrisi, aliran darah, dan
oksigen. Idealnya proses penyembuhan meliputi anatomi, fungsi danpenampakan.
1. Ada
3 fase penyembuhan luka
yaitu
fase inflamasi, fase proliferasi dan fasematurasi Setyarini EA et.al.,
2013):
a. Fase
inflamasi (reaksi)
Fase
inflamasi merupakan reaksi tubuh terhadap luka yang dimulai setelah
beberapa menit dan berlangsung sekitar 3 hari setelah cedera.
b. Proliferasi/regenerasi
Fase
proliferasi ditandai dengan munculnya pembuluh darah baru sebagai
hasil rekonstruksi, fase proliferasi terjadi dalam waktu 3-24 hari.
c. Maturasi/remodeling
Fase
maturasi merupakan tahap akhir proses penyembuhan luka. Dapat memerlukan waktu
lebih dari 1 tahun, bergantung pada kedalaman dan keluasan luka.
8. Hambatan penyembuhan luka.
Hambatan
utama penyembuhan luka adalah adanya infeksi, peradangan, dan tidak seimbangnya
kelembaban. Sehingga pada setiapfase penyembuhan luka memiliki
karakteristik tersendiri dari segi warna dan tekstur luka. Area luka dapat
mempunyai warna dan teksturberagam yang berupa pengelupasan, jaringan granulasi
merah dan jaringan nekrotik hitam (Prodan A et.al., 2006).
9.
Komplikasi
Komplikasi
Penyembuhan Luka
a. Infeksi
Invasi
bakteri pada luka dapat terjadi pada saat trauma, selama pembedahan atau setelah
pembedahan. Gejala dari infeksi sering muncul dalam 2 – 7 hari
setelah pembedahan. Gejalanya berupa infeksi termasuk adanya purulent, peningkatan
drainase,nyeri,kemerahan dan bengkak di sekeliling luka, peningkatan suhu, dan
peningkatan jumlah sel darah putih.
b. Perdarahan
Perdarahan
dapat menunjukkan suatu pelepasan jahitan, sulit membeku padagaris jahitan,
infeksi, atau erosi dari pembuluh darah oleh benda asing (seperti
drain).Hipovolemia mungkin tidak cepat ada tanda. Sehingga balutan (dan luka di
bawah balutan) jika mungkinharus sering dilihat selama 48 jam pertama setelah
pembedahan dan tiap 8 jam setelah itu.Jika perdarahan berlebihan terjadi,
penambahan tekanan balutan luka steril mungkin diperlukan. Pemberian cairan dan
intervensi pembedahan mungkin diperlukan.
c. Dehiscence
dan Eviscerasi
Dehiscence
dan eviscerasi adalah komplikasi operasi yang paling serius. Dehiscence adalah
terbukanya lapisan luka partial atau total. Eviscerasi adalah keluarnya pembuluh
melalui daerah irisan. Sejumlah faktor meliputi, kegemukan, kurang
nutrisi,multiple trauma, gagal untuk menyatu, batuk yang berlebihan, muntah,
dan dehidrasi,mempertinggi resiko klien mengalami dehiscence luka. Dehiscence
luka dapat terjadi 4 –5 hari setelah operasi sebelum kollagen meluas di daerah
luka. Ketika dehiscence daneviscerasi terjadi luka harus segera ditutup dengan
balutan steril yang lebar, kompres dengan normal saline. Klien disiapkan untuk
segera dilakukan perbaikan pada daerah luka.
B. AsuhanKeperawatan
1.
Pengkajian
Pengkajian luka
harusnya dilakukan secara holistic yang bermakna bahwa pengkajian luka bukan
hanya menentukan mengapa luka itu ada namun juga menemukan berbagai factor yang
dapat menghambat penyembuhan luka. (Carvile K 1998). Faktor –faktor penghambat
penyembuhan luka didapat dari pengkajian riwayat penyakit klien. Faktor yang
perlu diidentifikasi antara lain :
a.
Usia
b.
Penyakit Penyerta
c.
Vaskularisasi
d.
Status Nutrisi
e.
Obesitas
f.
Gangguan Sensasi atau
mobilisasi
g.
Status Psikologis
h.
Terapi Radiasi
i.
Obat-obatan
2.
Faktor Lokal
a.
Kelembaban luka
b.
Penatalaksanaan
manajemen luka
c.
Suhu Luka
d.
Tekanan, Gesekan dan
Pergeseran
e.
Benda Asing
f.
Infeksi Luka
Menurut Carville (1998), Pengkajian luka meliputi :
1. Type luka
2. Type Penyembuhan
3. Kehilangan jaringan
4. Penampilan klinis
5. Lokasi
6. Ukuran Luka
7. Eksudasi
8. Kulit sekitar luka
9. Nyeri
10. Infeksi luka
11. Implikasi psikososial
2. Type Penyembuhan
3. Kehilangan jaringan
4. Penampilan klinis
5. Lokasi
6. Ukuran Luka
7. Eksudasi
8. Kulit sekitar luka
9. Nyeri
10. Infeksi luka
11. Implikasi psikososial
1.
Jenis Luka
a.
Luka akut yaitu berbagai jenis luka bedah yang sembuh melaluiintensi primer
atau luka traumatik atau luka bedah yang sembuh melaluiintensi sekunder dan
melalui proses perbaikan yang tepat pada waktu danmencapai hasil pemulihan
integritas anatomis sesuai dengan prosespenyembuhan secara fisiologis.
b.
Luka kronik, adalah terjadi bila proses perbaikan jaringan tidak sesuai dengan
waktu yang telah diperkirakan dan penyembuhannya mengalami komplikasi,
terhambat baik oleh faktor intrinsik maupun ekstrinsik yang berpengaruh kuat
pada individu, luka atau lingkungan. Atau dapat dikatakan bahwa luka kronis
merupakan kegagalan penyembuhan pada luka akut.
2.
Type Penyembuhan
a. Primary
Intention, Jika terdapat kehilangan jaringan minimal dan kedua tepi luka
dirapatkan baik dengan suture (jahitan), clips atau tape (plester). Jaringan
parut yang dihasilkan minimal.
b. Delayed
Primary Intention, Jika luka terinfeksi atau mengandung benda asing dan
membutuhkan pembersihan intensif, selanjutnya ditutup secara primer pada 3-5
hari kemudian.
c. Secondary Intention,.
Penyembuhan luka terlambat dan terjadi melalui proses granulasi, kontraksi dan
epithelization. Jaringan parut cukup luas.
d. Skin Graft,
Skin graft tipis dan tebal digunakan untukmempercepat proses penyembuhan dan
mengurangi resiko infeksi.
e. Flap,
Pembedahan relokasi kulit dan jaringan subcutan pada luka yang berasal dari
jaringan terdekat.
3. Kehilangan jaringan.
Kehilangan jaringan menggambarkan
kedalaman kerusakanjaringan atau berkaitan dengan stadium kerusakan jaringan
kulit.
a. Superfisial. Luka sebatas epidermis.
b. Parsial ( Partial thickness ). Luka
meliputi epidermis dan dermis.
c. Penuh ( Full
thickness ). Luka meliputi epidermis, dermis danjaringan subcutan. Mungkin juga
melibatkan otot, tendon dan tulang.Atau dapat juga digambarkan melalui beberapa
stadiumluka (Stadium I – IV ). \
a. Stage I :
Lapisan epidermis utuh, namun terdapat erithema atau perubahan warna.
b. Stage II :
Kehilangan kulit superfisial dengan kerusakan lapisan epidermis dan dermis.
Erithema dijaringan sekitar yang nyeri, panas dan edema. Exudte sedikit sampai
sedang mungkin ada.
c. Stage III :
Kehilangan sampai dengan jaringan subcutan, dengan terbentuknya rongga
(cavity), terdapat exudat sedang sampai banyak.
d. Stage IV :
Hilangnya jaringan subcutan dengan terbentuknya (cavity), yang melibatkan otot,
tendon dan/atau tulang. Terdapat exudate sedang sampai banyak.
4 Penampilan Klinik
Tampilan klinis luka dapat di bagi berdasarkan warna dasar luka antara lain :
Tampilan klinis luka dapat di bagi berdasarkan warna dasar luka antara lain :
a. Hitam atau
Nekrotik yaitu eschar yang mengeras dan nekrotik, mungkin kering atau lembab.
b. Kuning atau
Sloughy yaitu jaringan mati yang fibrous, kuning dan slough.
c. Merah atau Granulasi yaitu jaringan
granulasi sehat.
d. Pink atau Epithellating yaitu terjadi
epitelisasi.
e. Kehijauan
atau terinfeksi yaitu terdapat tanda-tanda klinis infeksiseperti nyeri, panas,
bengkak, kemerahan dan peningkatan exudate.
5.
Lokasi
Lokasi atau posisi
luka, dihubungkan dengan posisi anatomis tubuh dan mudah dikenali di
dokumentasikan sebagai referensi utama. Lokasi luka mempengaruhi waktu
penyembuhan luka dan jenis perawatan yang diberikan. Lokasi luka di area
persendian cenderung bergerak dan tergesek, mungkin lebih lambat sembuh karena
regenerasi dan migrasi sel terkena trauma (siku, lutut, kaki). Area yang rentan
oleh tekanan atau gaya lipatan (shear force ) akan lambat sembuh (pinggul,
bokong), sedangkan penyembuhan meningkat diarea dengan vaskularisasi baik
(wajah).
6.
Ukuran Luka
Dimensi ukuran meliputi
ukuran panjang, lebar, kedalaman atau diameter ( lingkaran ). Pengkajian dan evaluasi
kecepatan penyembuhan luka dan modalitas terapi adalah komponen penting dari
perawatan luka.Semua luka memerlukan pengkajian 2 dimensi pada luka terbuka dan
pengkajian 3 dimensi pada luka berrongga atau berterowongan
a. Pengkajian
dua dimensi.
Pengukuran superfisial dapat dilakukan dengan alat seperti penggaris untuk mengukur panjang dan lebar luka. Jiplakan lingkaran (tracing of circumference)
luka direkomendasikan dalam bentuk plastik transparan atau asetat sheet dan
memakai spidol.
b. Pengkajian tiga dimensi.
Pengkajian kedalaman
berbagai sinus tract internal memerlukan pendekatan tiga dimensi. Metode paling
mudah adalah menggunakan instrumen berupa aplikator kapas lembab steril atau
kateter/baby feeding tube. Pegang aplikator dengan ibu jari dan telunjuk pada
titik yang berhubungan dengan batas tepi luka. Hati-hati saat menarik aplikator
sambil mempertahankan posisi ibu jari dan telunjuk yang memegangnya. Ukur dari
ujung aplikator pada posisi sejajar dengan penggaris sentimeter (cm).
Melihat luka ibarat berhadapan dengan jam. Bagian atas luka (jam 12) adalah
titik kearah kepala pasien, sedangkan bagian bawah luka (jam 6) adalah titik
kearah kaki pasien. Panjang dapat diukur dari ” jam 12 – jam 6 ”. Lebar dapat
diukur dari sisi ke sisi atau dari ” jam 3 – jam 9
7.
Exudate.
Hal yang perlu dicatat
tentang exudate adalah jenis, jumlah, warna, konsistensi dan bau.
a. Jenis Exudate
1. Serous
– cairan berwarna jernih.
2. Hemoserous – cairan serous yang mewarna merah terang.
3. Sanguenous – cairan berwarna darah kental/pekat.
4. Purulent – kental mengandung nanah.
2. Hemoserous – cairan serous yang mewarna merah terang.
3. Sanguenous – cairan berwarna darah kental/pekat.
4. Purulent – kental mengandung nanah.
b. Jumlah,
Kehilangan jumlah exudate luka berlebihan, seperti tampak pada luka bakar atau
fistula dapat mengganggu keseimbangan cairan dan mengakibatkan gangguan elektrolit.
Kulit sekitar luka juga cenderung maserasi jika tidak menggunkan balutan atau
alat pengelolaan luka yang tepat.
c. Warna,Ini
berhubungan dengan jenis exudate namun juga menjadi indikator klinik yang baik
dari jenis bakteri yang ada pada luka terinfeksi (contoh, pseudomonas
aeruginosa yang berwarna hijau/kebiruan).
d. Konsistensi,
Ini berhubungan dengan jenis exudate, sangat bermakna pada luka yang edema dan
fistula.
e. Bau, Ini
berhubungan dengan infeksi luka dan kontaminasi luka oleh cairan tubuh seperti
faeces terlihat pada fistula. Bau mungkin juga berhubungan dengan proses
autolisis jaringan nekrotik pada balutan oklusif (hidrocolloid).
8.
Kulit sekitar luka.
Inspeksi dan palpasi
kulit sekitar luka akan menentukan apakah ada sellulitis, edema, benda asing,
ekzema, dermatitis kontak atau maserasi. Vaskularisasi jaringan sekitar dikaji
dan batas-batasnya dicatat. Catat warna, kehangatan dan waktu pengisian kapiler
jika luka mendapatkan penekanan atau kompresi. Nadi dipalpasi terutama saat
mengkaji luka di tungkai bawah. Penting untuk memeriksa tepi luka terhadap ada
tidaknya epithelisasi dan/atau kontraksi.
9.
Nyeri.
Penyebab nyeri pada
luka, baik umum maupun lokal harus dipastikan. Apakah nyeri berhubungan dengan
penyakit, pembedahan, trauma, infeksi atau benda asing. Atau apakah nyeri
berkaitan dengan praktek perawatan luka atau prodak yang dipakai. Nyeri harus
diteliti dan dikelola secara tepat.
10.
Infeksi luka
Infeksi klinis dapat
didefinisikan sebagai ”pertumbuhan organisme dalam luka yang berkaitan dengan reaksi
jaringan”. (Westaby 1985). Reaksi jaringan tergantung pada daya tahan tubuh
host terhadap invasi mikroorganisme. Derajat daya tahan tergantung pada
faktor-faktor seperti status kesehatan umum, status nutrisi, pengobatan dan
derajat kerusakan jaringan. Infeksi mempengaruhi penyembuhan luka dan mungkin
menyebabkan dehiscence, eviserasi, perdarahan dan infeksi sistemik yang
mengancam kehidupan. Secara reguler klien diobservasi terhadap adanya tanda dan
gejala klinis infeksi sistemik atau infeksi luka.
Berdasarkan
kondisi infeksi, luka diklasifiksikan atas:
a.
Bersih. Tidak ada tanda-tanda infeksi. Luka dibuat dalam kondisi pembedahan
yang aseptik, tidak termasuk pembedahan pada sistem perkemihan, pernafasan atau
pencernaan.
b.
Bersih terkontaminasi. Luka pembedahan pada sistem perkemihan, pernafasan atau
pencernaan. Luka terkontaminasi oleh flora normal jaringan yang bersangkutan
namun tidak ada reaksi host.
c.
Kontaminasi. Kontaminasi oleh bakteri diikuti reaksi host namun tidak terbentuk
pus/nanah.
d.
Infeksi. Terdapat tanda-tanda klinis infeksi dengan peningkatan kadar leukosit
atau makrophage.\
11.
Implikasi Psikososial.
Efek psikososial dapat
berkembang luas dari pengalaman perlukaan dan hadirnya luka. Kebijaksanaan dan
pertimbangan harus digunakan dalam pengkajian terhadap masalah potensial atau
aktual yang berpengaruh kuat terhadap pasien dan perawatnya dalam kaitannya
terhadap;
a. Harga
diri dan Citra diri.
b.Perubahan
fungsi tubuh.
c. Pemulihan
dan rehabilitasi.
d. Issue kualitas hidup.
e. Peran
keluarga dan sosial.
f. Status
finansial.
2.
Diagnosa
a.
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan sensasi dan sirkulasi
b.
Resiko infeksi berhubungan dengan penyakit kronis
diabetes meiitus.
3.
Intervensi
a.
Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan gangguan sensasi dan sirkulasi
Nursing Outcomes:
Setelah dilakukan tindakan keperwatan skala target outcome
dipertahankan pada kerusakan kulit ringan ataupun ditingkatkan pada kesembuhan dari kerusakan kulit sedang.
Nursing Intervention:
1)
Periksa kulit dan selaput
lender terkait dengan adanya kemerahan, kehangatan ekstream, edema, atau drainage.
2)
Angkat balutan dan plester
3)
Ukur luas luka,
yang sesuai
4)
Berikan perawatan ulkus pada kulit,
yang diperlukan
5)
Ganti balutan sesuai dengan jumlah eksudat dan
drainage.\
b.
Resikoi nfeksi berhubungan dengan penyakit kronis
diabetes meiitus
Nursing Outcomes
1)
Diharapkan setelah dilakukan tindakan keperawatan identifikasi dan gejala infeksi dipertahankan pada
level tidak pernah menunjukkan proses infeksi dari kategori jarang menunjukkan proses
infeksi.
2)
Diharapkan setelah dilakukan tindakan keperawatan kadar glukosa darah berada dalam kisaran
normal.
Nursing Intervention
1)
Monitor
adanya tanda dan gejala infeksi sistemi kdan local
2)
Ajarakan klien dan anggota keluarga bagaimana cara menghindari infeksi
3)
Jaga penggunaan
antibiotic dengan bijaksana
4)
Monitor
kadar glukosa darah, sesuai indikasi
5)
Berikan insulin,
sesuai resep
6)
Batasi aktiviatas ketika kadar glukosa darah lebih dari
250 mg/dl.
4. Evauasi
Evaluasi mengacu kepada penilaian,
tahapan dan perbaikan. Perawat menemukan penyebab mengapa suatu proses
keperawatan dapat berhasil atau gagal (Alvaro-Lefevre, 1994).
Bagaimana reaksi klien terhadap intervensi yang telah diberikan dan menetapkan apa yang
menjadi sasaran dari rencana keperawatan dapat diterima.
DAFTAR
PUSTAKA
Baroroh,
Dewi Baririet, 2011. Konsep Luka. (online)
(s1-keperawatan.umm.ac.id/files/file/konsep%20luka.pdf,
sitasi 26 April 2017).
Bulecheck, Gloria M.
dkk, 2016.Nursing Interventions
Classification (NIC) edisikeenam.ELSEVIER Singapore.
Docslide. Patofisiologi Luka, (online) (http://dokumen.tips/documents/patofisiologi-luka.html, sitasi 27 Aril
2017).
Herdman, T.
HeakerdanShigemiKamitsuru, 2015.Nanda
International Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2015-2017 edisi 10.
EGC: Jakarta.
Iqfadilah, 2015.Jenisdanpenyebabluka. (on line) (http://www.idmedis.com/2015/09/definisi-luka-dan-jenis-jenis-luka.html, sitasi 27 April
2017).
M.Aminuddin, 2009. Pengkajian luka .(on line) (https://aminetn.wordpress.com/2009/06/29/pengkajian-luka/, sitasi 27 April
2017).
Moorhead, Sue dkk,
2016.Nursing Outcomes Classifications
(NOC) edisi kelima. ELSEVIER Singapore.
Purwanto, Edi 2012. Implementasi dan evaluasi keperawatan.
(online) (http://s1-keperawatan.umm.ac.id/files/file/IMPLEMENTASI%20DAN%20EVALUASI%20KEPERAWATAN(1).pdf, sitasi 27 April
2017).
Sopiah, Siti, 2016. ASUHAN KEPERAWATAN PADA Tn. E DENGAN
GANGGUAN SISTEM INTEGUMEN : POST OPERATIF VULNUS PUNCTUMDI RUANG DAHLIA RUMAH
SAKIT UMUM DAERAH KABUPATEN CIAMIS 17 JUNI-21 JUNI 2016. (online) (http://www.ejournal.stikesmucis.ac.id/file.php?file=preview_mahasiswa&id=903&cd=0b2173ff6ad6a6fb09c95f6d50001df6&name=13DP277051.pdf, sitasi 27 April
2017).
No comments:
Post a Comment