A.
Konsep Penyakit
1.
Definisi
Cidera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari
fungsi otak yang disertai atau tanpa disertai perdarahan intersisial dalam
substansi otak tanpa diikuti terputusnya kontinuitas otak (Mutaqin,2008).
Cidera kepala ringan adalah trauma kepala dengan GCS
: 15 (sadar penuh) tidak ada kehilangan kesadaran,mengeluh pusing dan nyeri
kepala,hematoma,abrasi,dan laserasi (Mansjoer,2009).
Cidera kepala ringan adalah trauma kepala dengan
GCS: 13-15 yang dapat terjadi kehilangan kesadaran atau amnesia akan tetapi
kurang dari 30 menit.tidak terdapat fraktur tengkorak serta tidak ada kontusio
serebral dan hematoma.
2.
Etiologi
Menurut Tarwoto (2007), penyebab dari Cedera
Kepala adalah :
a. Kecelakaan lalu
lintas.
b. Terjatuh
c. Pukulan atau trauma
tumpul pada kepala.
d. Olah raga
e. Benturan langsung pada
kepala.
f. Kecelakaan industri.
3.
Manifestasi
klinik
a.
Pingsan tidak
lebih dari sepuluh menit
b.
TTV DBN atau
menurun
c.
Setelah sadar
timbul nyeri
d.
Pusing
e.
Muntah
f.
GCS : 13-15
g.
Tidak terdapat
kelainan neurologis
h.
Pernafasan
secara progresif menjadi abnormal
i.
Respon pupil
lenyap atau progresif menurun
j.
Nyeri kepala
dapat timbul segera atau bertahap(mansjoer,2009).
4.
Komplikasi
a.
Kemunduran
kondisi
b.
Defisit
neurologi
c.
Defisit
psikologi
5.
Patofisiologi
dan Pathway
Otak dapat berfungsi dengan baik bila kebutuhan
oksigen dan glukosa dapat terpenuhi. Energi yang dihasilkan didalam sel-sel
saraf hampir seluruhnya melalui proses oksidasi. Otak tidak mempunyai cadangan
oksigen, jadi kekurangan aliran darah ke otak walaupun sebentar akan
menyebabkan gangguan fungsi. Demikian pula dengan kebutuhan oksigen sebagai
bahan bakar metabolisme otak tidak boleh kurang dari 20 mg %, karena akan
menimbulkan koma. Kebutuhan glukosa sebanyak 25 % dari seluruh kebutuhan
glukosa tubuh, sehingga bila kadar glukosa plasma turun sampai 70 % akan
terjadi gejala-gejala permulaan disfungsi cerebral.
Pada saat otak mengalami hipoksia, tubuh berusaha
memenuhi kebutuhan oksigen melalui proses metabolik anaerob yang dapat
menyebabkan dilatasi pembuluh darah. Pada kontusio berat, hipoksia atau
kerusakan otak akan terjadi penimbunan asam laktat akibat metabolisme anaerob.
Hal ini akan menyebabkan asidosis metabolik.
Dalam keadaan normal cerebral blood flow (CBF)
adalah 50 - 60 ml / menit / 100 gr. jaringan otak, yang merupakan 15 % dari
cardiac output.Trauma kepala meyebabkan perubahan fungsi jantung sekuncup
aktivitas atypical-myocardial, perubahan tekanan vaskuler dan udem
paru.Perubahan otonom pada fungsi ventrikel adalah perubahan gelombang T dan P
dan disritmia, fibrilasi atrium dan vebtrikel, takikardia.
Akibat adanya perdarahan otak akan mempengaruhi tekanan
vaskuler, dimana penurunan tekanan vaskuler menyebabkan pembuluh darah arteriol
akan berkontraksi .Pengaruh persarafan simpatik dan parasimpatik pada pembuluh
darah arteri dan arteriol otak tidak begitu besar.
Cedera kepala menurut
patofisiologi dibagi menjadi dua:
a.
Cedera kepala
primer
Akibat
langsung pada mekanisme dinamik (acclerasi-decelerasi otak) yang menyebabkan
gangguan pada jaringan.
1)
Gegar kepala
ringan
2)
Memar otak
3)
Laserasi.
b.
Cedera kepala
sekunder
Pada
cedera kepala sekunder akan timbul gejala, seperti:
1)
Hipotensi
sistemik
2)
Hipoksia
3)
Hiperkapnea
4)
Udema otak
5)
Komplikai
pernapasan
6)
Infeksi /
komplikasi pada organ tubuh yang lain
6.
Penatalaksanaan
a.
Menilai jalan
nafas
: bersihkan
jalan nafas dari muntahan,perdarahan dan debris.
b.
Menilai
pernafasan
: tentukan
apakah pasien bernafas spontan atau tidak.jika tidak berikan oksigen melalui
masker.oksigen minimal 95% jika klien tidak memperoleh oksigen yang adekuat
(PaO2 >95% dan PaCO2 <40%mmHG serta saturasi O2 >95% ) atau
muntah maka klien harus diintubasi serta diventilasi oleh ahli anastesi.
c.
Menilai sirkulasi
: hentikan
semua perdarahan dengan menekan arterinya,perhatikan cedera intraabdomen dan
dada.
d.
Obati
kejang
: berikan
diazepam 10mg intra vena perlahan-lahan dan dapat diulangi 2x jika masih
kejang.bila tidak berhasil berikan penitoin 15mg/kg BB.
e.
Untuk cidera
kepala terbuka diperlukan antibiotik.
f.
Tirah baring.
B.
Asuhan Keperawatan
1.
Pengkajian
a.
Pengkajian
Primer
1)
Airway
Menilai jalan nafas bebas. Apakah pasien dapat
bernafas dengan bebas,ataukah ada secret yang menghalangi jalan nafas. Jika ada
obstruksi, lakukan:
a)
Chin lift/ Jaw
thrust
b)
Suction
c)
Guedel Airway
d)
Instubasi Trakea
2)
Breathing
Bila
jalan nafas tidak memadai, lakukan:
a)
Beri oksigen
b)
Posisikan semi
Flower
3)
Circulation
Menilai
sirkulasi / peredaran darah:
a)
Cek capillary
refill
b)
Pemberian infus
c)
Auskultasi
adanya suara nafas tambahan
d)
Segera Berikan
Bronkodilator, mukolitik.
e)
Cek Frekuensi
Pernafasan
f)
Cek adanya
tanda-tanda Sianosis, kegelisahan
g)
Cek tekanan
darah
Penilaian ulang ABC diperlukan bila kondisi pasien
tidak stabil
4)
Disability
Menilai kesadaran pasien dengan cepat, apakah pasien
sadar, hanya respon terhadap nyeri atau sama sekali tidak sadar. Kaji pula
tingkat mobilisasi pasien.Posisikan pasien posisi semi fowler, esktensikan
kepala, untuk memaksimalkan ventilasi.Segera berikan Oksigen sesuai dengan
kebutuhan, atau instruksi dokter.
b.
Pengkajian
Sekunder
1)
Full set of
vital sign (F)
Berisi pengkajian TTV (TD, nadi, suhu, dan
pernafasan).
2)
Give confort
measure (G)
Pengkajian nyeri (P, Q, R, S, T).
3)
History and head
to toe (H)
a)
History
S : Subjektif (Keluhan utama).
A : Allergies (adakah alergi terhadap makanan atau
obat-obatan tertentu).
M : Medication (obat-obatan yang sedang dikonsumsi).
P : Past medical history (riwayat penyakit).
L : Last oral intake (masukan oral terakhir, apakah
benda padat atau cair).
E : Even (Riwayat masuk rumah sakit).
b)
Head to toe
1)
Kepala
2)
Leher
3)
Dada
4)
Abdomen
5)
Ekstermitas
2.
Diagnose
Keperawatan
a.
Perfusi jaringan
tidak efektif (spesifik serebral) berhubungan dengan aliran arteri dan atau
vena terputus.
b.
Nyeri akut
berhubungan dengan agen injury fisik.
c.
Hipertermi
berhubungan dengan trauma (cidera jaringan otak, kerusakan batang otak).
d.
Pola nafas tak
efektif berhubungan dengan hipoventilasi.
e.
Kerusakan
persepsi sensori berhubungan dengan penurunan kemampuan kognitif, afektif, dan
motorik).
3.
Intervensi
Keperawatan.
No
|
Diagnosa
Keperawatan
|
Tujuan
dan kriteria hasil
|
Intervensi (NIC)
|
1
|
Perfusi jaringan tak efektif (spesifik sere-bral) b.d
aliran arteri dan atau vena terputus, dengan batasan karak-teristik:
1.
Perubahan
respon motorik
2.
Perubahan
status mental
3.
Perubahan
respon pupil
4.
Amnesia
retrograde (gang-guan memori)
|
NOC:
1. Status
sirkulasi
2. Perfusi
jaringan serebral
Setelah dilakukan tindakan
keperawatan selama ….x 24 jam, klien mampu men-capai :
1. Status
sirkulasi dengan indikator:
a.
Tekanan
darah sis-tolik dan diastolik dalam rentang yang diharapkan
b.
Tidak
ada ortostatik hipotensi
c.
Tidak
ada tanda tan-da PTIK
2. Perfusi
jaringan serebral, dengan indicator :
a.
Klien
mampu berko-munikasi dengan je-las dan sesuai ke-mampuan
b.
Klien
menunjukkan perhatian, konsen-trasi, dan orientasi
c.
Klien
mampu mem-proses informasi
d.
Klien
mampu mem-buat keputusan de-ngan benar
e.
Tingkat
kesadaran klien membaik
|
Monitor Tekanan Intra Kranial
1. Catat
perubahan respon klien terhadap stimu-lus / rangsangan
2. Monitor TIK
klien dan respon neurologis terhadap aktivitas
3. Monitor intake
dan output
4. Pasang
restrain, jika perlu
5. Monitor suhu
dan angka leukosit
6. Kaji adanya
kaku kuduk
7. Kelola pemberian
antibiotik
8. Berikan posisi
dengan kepala elevasi 30-40O dengan leher dalam posisi netral
9. Minimalkan
stimulus dari lingkungan
10. Beri jarak antar tindakan
keperawatan untuk meminimalkan peningkatan TIK
11. Kelola obat obat untuk
mempertahankan TIK dalam batas spesifik
Monitoring Neurologis (2620)
1. Monitor
ukuran, kesimetrisan, reaksi dan bentuk pupil
2. Monitor
tingkat kesadaran klien
3. Monitor
tanda-tanda vital
4. Monitor
keluhan nyeri kepala, mual, dan muntah
5. Monitor respon
klien terhadap pengobatan
6. Hindari
aktivitas jika TIK meningkat
7. Observasi
kondisi fisik klien
Terapi Oksigen (3320)
1. Bersihkan
jalan nafas dari secret
2. Pertahankan
jalan nafas tetap efektif
3. Berikan
oksigen sesuai instruksi
4. Monitor aliran
oksigen, kanul oksigen, dan humidifier
5. Beri
penjelasan kepada klien tentang pentingnya pemberian oksigen
6. Observasi
tanda-tanda hipoventilasi
7. Monitor respon
klien terhadap pemberian oksigen
8. Anjurkan klien
untuk tetap memakai oksigen selama aktivitas dan tidur.
|
2
|
Nyeri akut b.d dengan agen injuri
fisik, dengan batasan karakteristik:
a.
Laporan
nyeri ke-pala secara verbal atau non verbal
b.
Respon
autonom (perubahan vital sign, dilatasi pupil).
c.
Tingkah
laku eks-presif (gelisah, me-nangis, merintih).
d.
Fakta
dari observasi.
e.
Gangguan
tidur (mata sayu, menye-ringai, dll)
|
NOC:
1. Nyeri
terkontrol
2. Tingkat
Nyeri
3. Tingkat
kenyamanan
Setelah dilakukan asuhan
keperawatan selama …. x 24 jam, klien dapat :
1. Mengontrol
nyeri, de-ngan indikator:
a.
Mengenal
faktor-faktor penyebab
b.
Mengenal
onset nyeri
c.
Tindakan
pertolong-an non farmakologi
d.
Menggunakan
anal-getik
e.
Melaporkan
gejala-gejala nyeri kepada tim kesehatan.
f.
Nyeri
terkontrol
2. Menunjukkan tingkat
nyeri, dengan indikator:
a.
Melaporkan
nyeri
b.
Frekuensi
nyeri
c.
Lamanya
episode nyeri
d.
Ekspresi
nyeri; wa-jah
e.
Perubahan
respirasi rate
f.
Perubahan
tekanan darah
g.
Kehilangan
nafsu makan
3. Tingkat
kenyamanan, dengan indicator :
Klien melaporkan kebutuhan tidur
dan istirahat tercukupi
|
Manajemen nyeri (1400)
1. Kaji keluhan nyeri, lokasi,
karakteristik, onset/durasi, frekuensi, kualitas, dan beratnya nyeri.
2. Observasi respon ketidaknyamanan
secara verbal dan non verbal.
3. Pastikan klien menerima perawatan
analgetik dg tepat.
4. Gunakan strategi komunikasi yang
efektif untuk mengetahui respon penerimaan klien terhadap nyeri.
5. Evaluasi keefektifan penggunaan
kontrol nyeri
6. Monitoring perubahan nyeri baik
aktual maupun potensial.
7. Sediakan lingkungan yang nyaman.
8. Kurangi faktor-faktor yang dapat
menambah ungkapan nyeri.
9. Ajarkan penggunaan tehnik relaksasi
sebelum atau sesudah nyeri berlangsung.
10. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk
memilih tindakan selain obat untuk meringankan nyeri.
11. Tingkatkan istirahat yang adekuat untuk
meringankan nyeri.
Manajemen pengobatan (2380)
1. Tentukan obat yang dibutuhkan klien
dan cara mengelola sesuai dengan anjuran/ dosis.
2. Monitor efek teraupetik dari
pengobatan.
3. Monitor tanda, gejala dan efek samping
obat.
4. Monitor interaksi obat.
5. Ajarkan pada klien / keluarga cara
mengatasi efek samping pengobatan.
6. Jelaskan manfaat pengobatan yg
dapat mempengaruhi gaya hidup klien.
Pengelolaan analgetik (2210)
1. Periksa perintah medis tentang obat,
dosis & frekuensi obat analgetik.
2. Periksa riwayat alergi klien.
3. Pilih obat berdasarkan tipe dan
beratnya nyeri.
4. Pilih cara pemberian IV atau IM
untuk pengobatan, jika mungkin.
5. Monitor vital sign sebelum dan
sesudah pemberian analgetik.
6. Kelola jadwal pemberian analgetik
yang sesuai.
7. Evaluasi efektifitas dosis
analgetik, observasi tanda dan gejala efek samping, misal depresi pernafasan,
mual dan muntah, mulut kering, & konstipasi.
8. Kolaborasi dgn dokter untuk obat,
dosis & cara pemberian yg diindikasikan.
9. Tentukan lokasi nyeri,
karakteristik, kualitas, dan keparahan sebelum pengobatan.
10. Berikan obat dengan prinsip 5 benar
11. Dokumentasikan respon dari analgetik dan efek
yang tidak diinginkan
|
3
|
Defisit self care b.d de-ngan
kelelahan, nyeri
|
NOC:
Perawatan
diri :
(mandi, Makan Toiletting, berpakaian)
Setelah diberi motivasi perawatan selama ….x24 jam, ps
mengerti cara memenuhi ADL secara bertahap sesuai kemam-puan, dengan kriteria
:
a.
Mengerti secara seder-hana
cara mandi, makan, toileting, dan berpakaian serta mau mencoba
se-cara aman tanpa cemas
b.
Klien mau berpartisipasi dengan senang
hati tanpa keluhan dalam memenuhi ADL
|
NIC: Membantu perawatan diri klien
Mandi dan toiletting
Aktifitas:
1. Tempatkan alat-alat mandi di tempat
yang mudah dikenali dan mudah dijangkau klien
2. Libatkan klien
dan dampingi
3. Berikan bantuan selama klien masih
mampu mengerjakan sendiri
NIC: ADL Berpakaian
Aktifitas:
1. Informasikan
pada klien dalam memilih pakaian selama perawatan
2. Sediakan
pakaian di tempat yang mudah dijangkau
3. Bantu
berpakaian yang sesuai
4. Jaga privcy
klien
5. Berikan pakaian pribadi yg digemari
dan sesuai
NIC: ADL
Makan
1. Anjurkan duduk dan berdo’a bersama
teman
2. Dampingi saat
makan
3. Bantu jika klien belum mampu dan
beri contoh
4. Beri rasa nyaman saat makan.
|
4
|
PK: peningkatan tekan-an
intrakranial b.d pro-ses desak ruang akibat penumpukan cairan / darah di
dalam otak (Carpenito, 1999)
Batasan
karakteristik :
a.
Penurunan
kesadar-an (gelisah, disori-entasi).
b.
Perubahan
motorik dan persepsi sensasi.
c.
Perubahan
tanda vi-tal (TD meningkat, nadi kuat dan lambat).
d.
Pupil
melebar, re-flek pupil menurun.
e.
Muntah.
f.
Klien
mengeluh mual.
g.
Klien
mengeluh pandangan kabur dan diplopia
|
Setelah dilakukan tindakan keperawatan selama ....x 24
jam dapat mencegah atau meminimalkan komplikasi dari peningkatan TIK, dengan
kriteria :
a.
Kesadaran stabil (orien-asi baik).
b.
Pupil isokor, diameter 1mm.
c.
Reflek baik.
d.
Tidak mual.
e.
Tidak muntah
|
1. Pantau tanda dan
gejala peningkatan TIK
a.
Kaji respon membuka mata, respon motorik, dan verbal,
(GCS)
b.
Kaji perubahan tanda-tanda vital
c.
Kaji respon pupil
d.
Catat gejala dan tanda-tanda: muntah, sakit kepala,
lethargi, gelisah, nafas keras, gerakan tak bertujuan, perubahan mental
2. Tinggikan kepala 30-40O jika
tidak ada kontra indikasi
3. Hindarkan situasi atau manuver
sebagai berikut:
a.
Masase karotis
b.
Fleksi dan rotasi leher berlebihan
c.
Stimulasi anal dengan jari, menahan nafas, dan mengejan
d.
Perubahan posisi yang cepat
4. Ajarkan klien untuk ekspirasi
selama perubahan posisi
5. Konsul dengan dokter untuk
pemberian pe-lunak faeces, jika perlu
6. Pertahankan lingkungan yang tenang
7. Hindarkan pelaksanaan urutan
aktivitas yang dapat meningkatkan TIK (misal: batuk, penghisapan, pengubahan
posisi, meman-dikan)
8. Batasi waktu penghisapan pada tiap
waktu hingga 10 detik
9. Hiperoksigenasi dan hiperventilasi
klien se-belum dan sesudah penghisapan
10. Konsultasi dengan dokter tentang pemberian
lidokain profilaktik sebelum penghisapan
11. Pertahankan ventilasi optimal melalui posisi
yang sesuai dan penghisapan yang teratur
12. Jika diindikasikan, lakukan protokol atau
kolaborasi dengan dokter untuk terapi obat yang mungkin termasuk sebagai
berikut:
13. Sedasi, barbiturat (menurunkan laju
meta-bolisme serebral)
14. Antikonvulsan (mencegah kejang)
15. Diuretik osmotik (menurunkan edema serebral)
16. Diuretik non osmotik (mengurangi edema
serebral)
17. Steroid (menurunkan permeabilitas kapiler,
membatasi edema serebral)
18. Pantau status hidrasi, evaluasi cairan masuk
dan keluar).
|
4.
Evaluasi
Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan
yang sistematis dan terencaan tentang kesehatan klien dengan tujuan yang telah
ditetapkan, dilakukan dengan cara bersinambungan dengan melibatkan klien,
keluarga, dan tenaga kesehatan lainnya.(Setiadi, 2012).
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan
yang merupakan perbandingan yang sistematis dan terencana antara hasil akhir
yang teramati dan tujuan atau kriteria hasil yang dibuat pada tahap
perencanaan, (Asmadi, 2008).
DAFTAR
PUSTAKA
Asmadi. 2008.Konsep
Dasar Keperawatan, Jakarta: EGC.
Mansjoer, arif., 2009. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2.Edisi ke 3.Jakarta : FK UI
press.
Muttaqin.
2008. Pengatar Asuhan Keperwatan Dengan
Gangguan Sistem Persarafan. Jakarta: Salemba.
Setiadi.2012.Konsep
& Penulisan Asuhan Keperawatan. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Tarwoto. 2010. Cedera
Kepla Ringan. Jakarta: Salemba Medika.
No comments:
Post a Comment