Saturday, January 12, 2019

LAPORAN PENDAHULUAN POST PARTUM


LAPORAN PENDAHULUAN
POST PARTUM

A . Definisi
Masa nifas atau puerperium adalah dimulai sejak 1 jam setelah lahirnya plasenta sampai dengan 6 minggu (42 hari) setelah itu (Hadijono,2008).

Periode pascapartum (puerperium) ialah masa enam minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ reproduksi kembali ke keadaan normal sebelum hamil (Bobak,2007).

Post partum (nifas) secara harafiah adalah sebagai masa persalinan dan segera setelah kelahiran, masa pada waktu saluran reproduktif kembali ke keadaan semula, (William,2008).

Puerperium / nifas adalah masa sesudah persalinan dimulai setelah kelahiran plasenta dan berakhirnya ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil, masa nifas berlangsung selama ± 6 minggu (Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal,2009)
B. Adaptasi Fisiologi dan Psikologi
Adaptasi atau perubahan yang terjadi pada ibu post partum normal, yaitu :
1.      Sistem Reproduksi
a.       Involusi uterus yaitu proses kembalinya uterus ke keadaan sebelum hamil setelah melahirkan disebut involusi. Proses ini dimulai segera setelah plasenta keluar akibat kontraksi otot-otot polos uterus. Dalam waktu 12 jam, tinggi fundus mencapai kurang lebih 1 cm diatas umbilicus. Dalam beberapa hari kemudian, perubahan involusi berlangsung dengan cepat. Fundus turun kira-kira 1 sampai 2 cm setiap 24 jam. Pada hari pascapartum keenam fundus normal akan berada dipertengahan antara umbilicus dan simpisis pubis. Uterus tidak bisa dipalpasi pada abdomen pada hari ke-9 pascapartum.

b.      Kontraksi – Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera setelah bayi lahir, diduga terjadi sebagai respons terhadap penurunan volume intrauterine yang sangat besar. Hemostasis pascapartum dicapai terutama akibat kompresi pembuluh darah intramiometrium, bukan oleh agregasi trombosit dan pembentukan bekuan. Hormone oksigen yang dilepas kelenjar hipofisis memperkuat dan mengatur kontraksi uterus, mengkompresi pembuluh darah, dan membantu hemostasis. Selama 1 sampai 2 jam pertama pascapartum intensitas kontraksi uterus bisa berkurang dan menjadi tidak teratur. Karena penting sekali untuk mempertahankan kontraksi uterus selama masa ini, biasanya suntikan oksitosin ( pitosin ) secara intravena atau intramuscular diberikan segera setelah plasenta lahir.

c.       Afterpains – Pada primipara, tonus uterus meningkat sehingga fundus pada umumnya tetap kencang. Relaksasi dan kontraksi yang periodik sering dialami multipara dan bisa menimbulkan nyeri yang bertahan sepanjang masa awal puerperium.

d.      Lokia – Pengeluaran darah dan jaringan desidua yang nekrotik dari dalam uterus selama masa nifas disebut lokia. Lokia ini terdiri dari lokia rubra (1-4 hari) jumlahnya sedang berwarna merah dan terutama darah, lokia serosa (4- 8 hari) jumlahnya berkurang dan berwarna merah muda (hemoserosa), lokia alba (8-14 hari) jumlahnya sedikit, berwarna putih atau hampir tidak berwarna.

e.       Serviks – Servik mengalami involusi bersama-sama uterus. Setelah persalinan ,ostium eksterna dapat dimasuki oleh dua hingga tiga jari tangan; setelah 6 minggu postnatal, serviks menutup.

f.       Vulva dan alat kelamin wanita – Vulva dan alat kelamin wanita mengalami penekanan serta peregangan yang sangat besar selama proses melahirkan bayi, dan dalam beberapa hari pertama setelah proses tersebut, kedua organ ini tetap berada dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu, vulva dan alat kelamin wanita kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam alat kelamin wanita kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam alat kelamin wanita secara berangsur-angsur akan muncul kembali sementara labia menjadi lebih menonjol.

g.      Perineum – Segera setelah melahirkan, perineum menjadi kendur karena sebelumnya teregang oleh karena tekanan kepala bayi yang bergerak maju. Pada postnatal hari ke 5, perineum sudah mendapat kembali sebagian besar tonusnya sekalipun tetap lebih kendur dari pada keadaan sebelum melahirkan.

h.      Payudara – Payudara mencapai maturasi yang penuh selama masa nifas kecuali jika laktasi disupresi, payudara akan menjadi lebih besar, lebih kencang dan mula – mula lebih nyeri tekan sebagai reaksi terhadap perubahan status hormonal serta dimulainya laktasi.

i.        Traktus urinarius – Buang air kecil sering sulit selama 24 jam pertama. Kemungkinan terdapat spasme (kontraksi otot yang mendadak diluar kemaluan) sfingter dan edema leher buli – buli sesudah bagian ini mengalami kompresi antara kepala janin dan tulang pubis selama persalinan. Urin dalam jumlah yang besar akan dihasilkan dalam waktu 12 – 36 jam sesudah melahirkan. Setelah plasenta dilahirkan, kadar hormone estrogen yang bersifat menahan air akan mengalami penurunan yang mencolok. Keadaan ini menyebabkan diuresis. Ureter yang berdilatasi akan kembali normal dalam tempo 6 minggu.

2.      Tanda – Tanda Vital
Suhu pada hari pertama (24 jam pertama) setelah melahirkan meningkat menjadi 380C sebagai akibat pemakaian tenaga saat melahirkan dehidrasi maupun karena terjadinya perubahan hormonal, bila diatas 380C dan selama dua hari dalam sepuluh dari pertama post partum perlu dipikirkan adanya infeksi saluran kemih, endometriosis dan sebagainya. Pembengkakan buah dada pada hari ke 2 atau 3 setelah melahirkan dapat menyebabkan kenaikan suhu atau tidak.

3.      Sistem Kardiovaskuler
a.       Tekanan darah – Tekanan darah sedikit berubah atau tetap. Hipotensi ortostatik, yang diindikasikan oleh rasa pusing dan seakan ingin pingsan segera berdiri, dapat timbul dalam 48 jam pertama.

b.      Denyut nadi – Nadi umumnya 60 – 80 denyut permenit dan segera setelah partus dapat terjadi takikardi. Bila terdapat takikardi dan badan tidak panas mungkin ada perdarahan berlebihan atau ada penyakit jantung. Pada masa nifas umumnya denyut nadi lebih labil dibanding suhu. Pada minggu ke 8 sampai ke 10 setelah melahirkan, denyut nadi kembali ke frekuensi sebelum hamil.

c.       Komponen darah – Hemoglobin, hematokrit dan eritrosit akan kembali kekeadaan semula sebelum melahirkan.

4.      Sistem Endokrin
Pengeluaran plasenta menyebabkan penurunan signifikan hormone – hormone yang diproduksi oleh organ tersebut. Kadar estrogen dan progesterone menurun secara mencolok setelah plasenta keluar, kadar terendahnya tercapai kira – kira satu minggu pascapartum. Pada wanita yang tidak menyusui kadar estrogen mulai meningkat pada minggu kedua setelah melahirkan dan lebih tinggi dari pada wanita yang menyusui pada pascapartum hari ke 17 (bowes ,2009)

Kadar prolaktin meningkat secara progresif sepanjang masa hamil. Pada wanita menyusui, kadar prolaktin tetap meningkat sampai minggu keenam setelah melahirkan (Bowes, 1991). Kadar prolaktin serum dipengaruhi oleh kekerapan menyusui, lama setiap kali menyusui, dan banyak makanan tambahan yang diberikan.

5.      Sistem Perkemihan
Perubahan hormonal pada masa hamil (kadar steroid yang tinggi) turut menyebabkan peningkatan fungsi ginjal, sedangkan penurunan kadar steroid setelah wanita melahirkan sebagian menjelaskan sebab penurunan fungsi ginjal selama masa pascapartum. Fungsi ginjal kembali normal dalam waktu satu bulan setelah wanita melahirkan. Diperlukan kira – kira 2 sampai 8 minggu supaya hipotonia pada kehamilan dan dilatasi ureter serta pelvis ginjal kembali kekeadaan sebelum hamil. (Cunningham, dkk; 2008) pada sebagian kecil wanita, dilatasi traktus urinarius bisa menetap selama tiga bulan.

6.      Sistem Gastrointestinal
Ibu biasanya lapar setelah melahirkan, sehingga ia boleh mengkonsumsi makan – makanan ringan. penurunan tonus dan mortilitas otot traktus cerna menetap selama waktu yang singkat setelah bayi lahir. Kelebihan analgesia dan anestesi bisa memperlambat pengembalian tonus dan motilitas keadaan normal. Buang air besar secara spontan bisa tertunda selama dua sampai tiga hari setelah ibu melahirkan. Keadaan ini bisa disebabkan karena tonus otot usus menurun selama proses persalinan dan pada awal masa pascapartum, diare sebelum persalinan, enema sebelum melahirkan, kurang makan atau dehidrasi. Ibu sering kali sudah menduga nyeri saat defekasi karena nyeri yang dirasakannya diperineum akibat episiotomy, laserasi atau hemoroid.

7.      Sistem Muskuloskeletal
Adaptasi ini mencakup hal – hal yang membantu relaksasi dan hipermobilitas sendi dan perubahan pusat berat ibu akibat pembesaran rahim. Stabilisasi sendi lengkap pada minggu keenam sampai ke 8 setelah wanita melahirkan.

Adaptasi Psikologi
Rubin (2007) membagi menjadi 3 fase :
a.       Fase taking in yaitu fase ketergantungan, hari pertama sampai dengan hari ketiga post partum, fokus pada diri sendiri, berperilaku pasif dan ketergantungan, menyatakan ingin makan dan tidur, sulit membuat keputusan.

b.      Fase taking hold yaitu fase transisi dari ketergantungan kemandiri, dari ketiga sampai dengan kesepuluh post partum, fokus sudah ke bayi, mandiri dalam perawatan diri, mulai memperhatikan fungsi tubuh sendiri dan bayi, mulai terbuka dalam menerima pendidikan kesehatan.

c.       Fase letting go yaitu fase dimana sudah mengambil tanggung jawab peran yang baru, hari kesepuluh sampai dengan enam minggu post partum, ibu sudah melaksanakan fungsinya, ayah berperan sebagai ayah dan berinteraksi dengan bayi.

C. Pathway

......................

D. PenatalaksanaanMedisdanKeperawatan
1. Tes diagnostic
a)      Jumlah darah lengkap, hemoglobin/hematokrit (Hb/Ht)
b)      Urinalisis; kadar urin, darah.

2. Therapy
a.       Memberikan tablet zat besi untuk mengatasi anemia
b.      Memberikan antibiotik bila ada indikasi
E. Komplikasi
-          Pembengkakan payudara
-          Mastitis (peradangan pada payudara)
-          Endometritis (peradangan pada endometrium).
-          Post partum blues
-          Infeksi puerperalis ditandai dengan pembengkakan, rasa nyeri, kemerahan pada jaringan terinfeksi atau pengeluran cairan berbau dari jalan lahir selam persalinan atau sesudah persalinan.
-          Pendarahan pervaginam yang luar biasa atau tiba-tiba bertambah banyak (lebih dari pendarahan haid biasa atau bila memerlukan pergantian pembalut 2 kali dalamsetengah jam).
-          Pengeluaran cairan vagina yang berbau busuk.
-          Rasa sakit di bagian bawah abdomen atau punggung.
-          Sakit kepala yang terus menerus, nyeri ulu hati, dan masalah penglihatan.
-          Pembekakan di wajah dan di tangan.
-          Demam, muntah, rasa sakitsewaktu BAK ataujikamerasatidakenakbadan.
-          Payudara yang bertambah atau berubah menjadi merah panas dan atau terasa sakit.
-          Kehilangan nafsu makan dalam waktu yang lama.
-          Rasa sakit merah, lunak dan atau pembengkakan di kaki.
-          Merasa sangat sedih dan tidak mampu mengasuh sendiri bayinya atau dirinya sendiri.
-          Merasa sangat letih dan nafas terengah-engah (siti Saleha,2009)


F. Asuhan Keperawatan pada Ibu post Partum
2.      Pengkajian
a)      Keluhan Utama
·         Sakit perut , perdarahan , nyeri pada luka jahitan , takut bergerak.

b)      Riwayat Kehamilan
·         Umur kehamilan serta riwayat penyakit menyetai.

c)      Riwayat Persalinan
·         Tempat persalinan
·         Normal atau terdapat komplikasi
·         Keadaan bayi
·         Keadaan ibu.

d)     Riwayat Nifas Yang Lalu
·         Pengeluaran ASI lancar / tidak
·         BB bayi
·         Riwayat ber KB / tidak.

e)      Pemeriksaan Fisik
·         Keadaan umum pasien
·         Abdomen
·         Saluran cerna
·         Alat kemih
·         Lochea
·         Vagina
·         Perinium + rectum
·         Ekstremitas
·         Kemampuan perawatan diri.

f)       Pemeriksaan psikososial
·         Respon + persepsi keluarga
·         Status psikologis ayah , respon keluarga terhadap bayi.

2.      Diagnosa keperawatan yang Mungkin Muncul
1.  Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (ruptur perineum/insisi perineum).
2.  Resiko tinggi terhadap infeksi berhubungan dengan kursng pengetahuan, terputusnya kontinuitas jaringan.
3.      Tujuandan Kriteria Hasil
DX 1
Nyeri akut berhubungan dengan agen cedera biologis (ruptur perineum/insisi perineum).
NOC :
Ø  Kontrol Nyeri (1605)
a.       160511- Melaporkan nyeri yang terkontrol.
b.      160513- Melaporkan perubahan terhadap gejala nyeri.
c.       210206- Ekspresi nyeri wajah normal.
d.      210201- Nyeri yang dilaporkan ringan.
NIC:
Ø  Manajemen nyeri (1400)
a.    Lakukan pengkajian nyeri yang meliputi lokasi, karakteristik, kualitas, intensitas, atau beratnya nyeri dan faktor pencetus.
b.   Berikan informasi mengenai nyeri, seperti penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan dirasakan.
c.       Ajarkan teknik nonfarmakologi (distraksi dan relaksasi).
d.      Monitor tanda-tanda vital.

Ø  Terapi relaksasi (6040)
a.       Ciptakan lingkungan yang tenang dan tanpa distraksi.
b.      Tunjukkan dan praktikkan teknik relaksasi pada klien.
c.       Gunakan suara yang lembut dengan irama yang lambat untuk setiap kata.
.
Ø  Kontrol pemberian analgetik (2400)
a.       Kolaborasi dengan dokter dan pasien dalam memilih jenis analgetik yang digunakan.

DX 2
    Resiko infeksi berhubungan dengan kursng pengetahuan, terputusnya kontinuitas jaringan.
NOC :
Ø  Status maternal post partum (2511)
a.       25110- Penyembuhan perineum ditingkatkan.

b.      25113- Infeksi dipertahankan pada keriteria tidak ada.

c.       251101- Keseimbangan alam perasaan bsik.

NIC :
Ø  Perlindungan infeksi (6550)
a.       Monitor adanya tanda dan gejala infeksi.
b.      Tingkatkan asupan nutrisi yang cukup.
c.       Ajarkan klien dan keluarga cara menghindari infeksi.

Ø  Perawatan perineum (1750)
a.       Bantu klien membersihkan luka perineum.
b.      Jaga agar daerah perineum tetap kering.
c.       Berikan pembalut yang sesuai untuk menyerap cairan.
d.      Inspeksi kondisi robekan.
e.  Ajarkan klien dan orang terdekat untuk meginspeksi tanda-tanda yang tidak normal pada perineum.

Ø  Kontrol infeksi (6540)
a.       Kolaborasi pemberian antibiotik yang sesuai.

4.      Evaluasi
a.       Nyeridapatdiatasi
b.      Menyusuiefektif
c.       Tidakterjadiinfeksi
d.      Eliminasiurinekembali normal
e.       Tidakterjadikekurangan volumen cairan
f.       Konstipasidapatteratasi
g.      Pengetahuanpasiententangperawatandiri dan bayimeningkat
h.      Gerakantidakterbataskarenanyeri.

DAFTAR PUSTAKA


Carpenito, L.J. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. Jakarta : EGC.

Bulecheck, M.Gloria dkk. 2016. Nursing Intervention Calassification edisi 6. Singapore : ELSEVIER.

Farrer H. 2009. Perawatan Maternitas. Edisi 2. Jakarta : EGC.

Herdman, T.Heather. 2015. NANDA International Diagnosis Keperawatan Definisi dan Klasifikasi 2015-2017 edisi 10. Jakarta : EGC.

Mochtar R, Prof. dr. 2008. Sinopsis Obstetri. Jakarta : EGC.

Mansjoer, Arif,dkk. 2008.Kapita Selekta Kedokteran Edisi 3.Jakarta: FKUI.

Moorhead, Sue dkk. Nursing Outcomes Classification (NOC) edisi 5.Singapore : ELSEVIER.

Prawirohardjo, S. 2010. Buku acuan nasional pelayanan kesehatan maternal dan neonatal. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.

No comments:

Post a Comment